Sekira 70 persen khususnya jaringan tersier sawah ujar Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan (Distanbunak dan Keswan) Touna, Ir Taslim Lasupu tidak berfungsi maksimal.
Ada dua kendala yang mendera masalah tersebut, yaitu belum terbangunnya jaringan tersier di lokasi irigasi dan kondisi jaringan tersier yang rusak parah, akibat dihantam musibah banjir belum lama ini. “Banyak sawah tidak berfungsi. Prasarana kita yang masih lemah. Ini persoalan, bagaimana kalau prasarana kita tidak bagus. Sama seperti mobil tua dipaksa berlari cepat,” kata Taslim kepada Radar Sulteng (Grup JPNN).
Dua kendala tersebut aku Taslim pria lulusan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Sidera Donggala (sekarang Kabupaten Sigi) tahun 1988 ini, merupakan pekerjaan yang harus dituntaskan. Terkait dengan belum terbangunnya jaringan tersier sawah kata dia, tahun ini dibangun desain perencanaan pembangunan jaringan tersier sebelum tahun 2013. “Estimasi kasar, maksimal pembangunan irigasi sekitar + Rp15 miliar,” ujarnya.
Kebutuhan dana sebesar itu diyakini Taslim, pemerintah daerah tidak bisa mengatasinya sekaligus. Olehnya itu, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat seyogyanya membantu pemerintah Touna untuk menuntaskan pembangunan jaringan tersier sawah. Hal tersebut untuk menunjang program pemerintah pusat memenuhi target produksi beras tahun 2014. Upaya tersebut juga sejalan dengan program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Touna.
“Pusat hanya bantu benih BLBU. Itu saja, itu pun bergeser satu musim tanam. Setiap tahun memang ada dari pusat, tapi tidak bisa semua diarahkan ke sana (pembangunan jaringan tersier sawah, red). Kami berharap provinsi dan pusat membantu pemerintah daerah. Ini dalam rangka sukses pangan daerah dan nasional,” harapnya.
Sementara yang rusak parah terang Taslim, langkah yang dilakukan adalah penanganan dengan membangun baru dan rehabilitasi. Tak ada yang dibiarkan areal persawahan dalam kondisi rusak. Sebab, bila dibiarkan areal tersebut akan berubah alih fungsi komoditi. Petani pula tidak membiarkan lokasi sawah dibiarkan begitu saja. Sementara alih fungsi tidak dibenarkan, untuk menunjang produksi beras. Di sinilah dilematis, solusinya adalah bangun baru jaringan tersier dan rehabilitasi apabila kondisi sawah tidak dalam kondisi rusak berat.
Dampak banyaknya sawah yang tidak berfungsi imbuh Taslim, produksi beras di Touna setiap panennya hanya sekira 3 ton. Bila dimaksimalkan, setiap panennya bisa mencapai 6 ton. Di Sulteng, Touna terendah produksi beras. “Irigasi yang dibangun di wilayah Touna saat masih tergabung dengan Kabupaten Poso rusak, karena tidak ada pemeliharaan,” demikian Taslim Lasupu. (sut)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPRD Batam Habiskan Rp20 Miliar untuk Melancong
Redaktur : Tim Redaksi