jpnn.com, BANGKOK - Fakultas Kedokteran Universitas Mahidol Rumah Sakit Siriraj, Thailand, mengumumkan jasad legenda kanibal dan pembunuh anak yang diawetkan selama 70 tahun, akhirnya dimakamkan dengan layak.
Mengutip Thestar yang melansir thenation, jasad legenda kanibal bernama Si Quey Sae-ung yang diawetkan itu telah mendiami Museum Kematian di RS Siriraj, dengan membawa label 'kanibal' .
BACA JUGA: Data Terbaru Jumlah Kematian Akibat COVID-19 di AS, Bikin Merinding
Upaya pemakaman jasad Si Quey menyusul desakan kuat dari warganet, melalui petisi di change.org.
Mereka menuntut pihak rumah sakit agar Si Quey mendapat pemakaman yang layak.
BACA JUGA: Cek Fakta Indomie Rasa Saksang Babi, Nih Penjelasannya
Selain itu, warganet juga meminta mencabut label kanibal terhadap Si Quey dianggap adalah hal keliru, terutama hasil interpretasi baru terhadap bukti menunjukkan bahwa Si Quey mungkin hanya jadi kambing hitam.
Atas petisi tersebut, sekolah kedokteran Siriraj mah mengalah dan menghapus label kanibal pada tahun lalu.
BACA JUGA: Innalillahi, Seorang Pria Meninggal Dunia di Halte TransJakarta Slipi
Pihak sekolah juga akhirnya memutuskan untuk mengkremasi jasad Si Quey, pekan kemarin.
Si Quey Sae-Ung, seorang imigran Tiongkok yang pindah ke Thailand pada 1944.
Kemhdian Si Quey dijatuhi hukuman mati atas tuduhan membunuh tujuh anak antara 1954 dan 1958 di Bangkok, Prachuap Khiri Khan, Nakhon Pathom dan Rayong.
Dia diduga ditangkap pada 1958 di Provinsi Rayong bersama jasad seorang anak laki-laki, yang jantung serta hatinya telah hilang.
Si Quey diduga mengaku melakukan pembunuhan tersebut, tetapi membantah berencana untuk memakan organ tubuh korbannya.
Pria yang tinggal di Distrik Thap Sakae Prachuap Khiri Khan itu dieksekusi oleh regu tembak pada September 1959.
Setelahnya, Sekolah Kedokteran Siriraj menggunakan jasad Si Quey untuk penelitian otopsi, sebelum mengawetkannya dan memajangnya dengan label 'kanibal'. (TheStar/mg8/jpnn)
VIDEO: Melihat Benda-benda Bersejarah Koleksi Fadli Zon
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha