PALABUHANRATU--Pantai Loji, Palabuhanratu, Simpenan Kabupaten Sukabumi manjadi tempat favorit bagi oknum petugas imigrasi "mengantarkan" warga Timur Tengah menuju pulau Christmas, Australia. Sebelumnya, polisi menangkap 55 imigran gelap di Terminal Loji, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.
Polisi kembali menciduk 17 imigran yang merupakan satu rombongan dengan imigran sebelumnya. Selama dua tahun terakhir ini, sedikitnya tujuh kasus sama warga Timur Tengah berusaha menuju Pulau Christmas melalui pantai selatan di Kabupaten Sukabumi itu. Pemilihan wilayah pantai selatan di Sukabumi ini karena minimnya penjagaan petugas di pesisir pantai yang menghadap ke Pulau Christmas tersebut.
Kasus terakhir, para imigran ini menumpang dua bus besar dari sebuah vila di Kawasan Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor menunju Pantai Loji, Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
Dengan penangkapan 17 imigran ini, berarti polisi sudah mengamankan 72 imigran yang saat ini berada di Mahkota Pantai Hotel (MPH) Jalan Jajaway, Palabuhanratu. Dari 72 Imigran itu hanya 10 orang yang memiliki dokumen United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) akan dikembalikan ke rumah detensi imigran (Rudenim).
Sedangkan ke-72 imigran itu terdiri dari 38 warga Iran dan 34 orang warga Afghanistan. Para imigran ini mengaku datang ke Pantai Loji bersama 100 orang imigran lainnya. Diduga sisa imigran yang lolos "melaut" yakni 18 orang masih keliaran di pantai dan mencari perahu pergi ke Pulau Christmas.
Menurut salah satu imigran asal Afghanistan, Ahmad (25) mengaku datang ke Palabuhanratu menggunakan dua bis besar. Pria berkulit putih itu juga mengakui kedatangannya ke Palabuhanratu untuk ikut ajakan rekannya ke Australia. Lantaran, mereka diiming-imingi dapat bekerja dan mendapatkan kehidupan yang layak di Australia.
"Saya tidak kenal dengan yang lain. Saya hanya berdua dengan teman saya yang bernama Mustofa. Tapi bukan Mustofa yang sudah ada disini (diamankan di MPH). Teman saya belum ada disini, diduga masih berkeliaran di Loji," kata Ahmad.
Dia mengaku bisa berbahasa Indonesia lantaran lama tinggal di Kabupaten Bogor. Bahkan dirinya menikah siri dengan wanita asal Bandung. Dia berada di Cisarua, Kabupaten Bogor sudah 14 bulan. "Tinggal di Indonesia saya tidak bisa kerja. Mau ke Australia menggunakan jalur legal sangat sulit dan terlalu lama. Saya sudah 14 bulan belum juga bisa ke Australia," jelasnya.
Keberadaannya imigran gelap asal Iran maupun Afghanistan ini rela menunggu di penampungan di Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Mereka ini tinggal bersama dengan keluarga hingga memiliki keturunan lagi di tempat penampungan sementara.
Tak hanya itu, beberapa pria Timur Tengah juga menikah siri dengan warga Indonesia. Parahnya lagi, ada oknum imigran "menjual diri" menjadi gigolo di kawasan wisata puncak. Namun, untuk kasus terakhir, polisi sigap dengan melakukan pengawasan ketat pada aktifitas sehari-hari para imigran tersebut.
Sementera itu, salah satu pengawas Kantor Imigrasi, Tedi mengatakan para imigran itu sangat sulit masuk ke Australia jalur ilegal. Pasalnya, pihak Australia memilah-milah orang yang diinginkanya. "Meskipun satu keluarga, belum tentu mereka bisa ke Australia semuanya. Bisa sebagian bisa juga semua," kata Tedi.
Warga Timur Tengah ini nekat mengikut arahan orang yang membawanya (oknum petugas) melalui jalur Ilegal. Hingga kini, polisi masih memburu oknum petugas atau guide para imigran gelap ini.
Kapolres Sukabumi AKBP M Firman masih menunggu kedatangan pihak International Organization for Migration (IOM). "Rencananya para imigran itu dibawa ke penampungan sementara di Jakarta atau di Bali," kata Firman.
Hingga tadi malam, para imigran itu masih berada di MPH dengan penjagaan ketat dari polisi. Rencananya mereka bakal dibawa ke Jakarta hari ini.(ryl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dinilai Tak Mendidik, BLT Ditolak
Redaktur : Tim Redaksi