74 Telur Komodo Menetas di Kebun Binatang

Jumat, 26 April 2013 – 10:12 WIB
SURABAYA - Telur komodo di Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali menetas. Tak tanggung-tanggung, kali ini jumlah yang ditetaskan melalui inkubator mencapai 74 telur. Sayang, pihak KBS terkesan menutupi kabar tersebut.

Salah seorang keeper komodo, Rukin, mengatakan, memang ada telur komodo di KBS yang menetas kemarin. Jumlahnya jauh lebih banyak daripada telur yang pernah ditetaskan selama ini. Sesuai dengan informasi awal yang diterima koran ini, jumlah telur yang menetas sekitar 71 butir. "Sekitar itulah jumlahnya," ujar Rukin saat ditemui di penangkaran komodo KBS kemarin.

Saat dimintai informasi lebih detail, Rukin mengaku dilarang memberikan komentar soal puluhan telur komodo yang menetas tersebut. Bahkan, Rukin diminta melarang siapa pun untuk mengambil gambar telur komodo yang baru menetas tersebut. "Atasan saya melarang," ujarnya sambil menghindar.

Dihubungi terpisah, Kepala Humas KBS Anthan Warsito justru menyanggah adanya telur komodo yang menetas. Menurut dia, telur komodo berhasil menetas sekitar sebulan lalu. Jumlahnya sebelas. "Tidak ada itu, 71 telur komodo menetas," ucapnya.

Dia bahkan meminta koran ini tidak lekas memercayai kabar yang tidak jelas. "Setahu saya hanya ada sebelas yang sudah menetas sebulan lalu," ujarnya sembari mengatakan sedang mengikuti rapat.

Namun, beberapa saat kemudian, Warsito meralat pernyataannya. Dia menginformasikan bahwa total telur komodo yang menetas 74 butir. "Sebenarnya ada 74 telur yang menetas," ujarnya melalui telepon seluler.

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Surabaya M. Machmud mengaku telah mendengar telur komodo yang kembali menetas dan sikap tertutup KBS. Menurut dia, ketertutupan KBS itu harus memiliki alasan kuat, misalnya, untuk kesehatan anak Komodo. Namun, kalau informasi jumlah telur yang menetas, Machmud menilai itu tidak perlu ditutupi.

Di satu sisi, menetasnya 74 telur komodo sebenarnya menunjukkan keberhasilan KBS dalam program penangkaran satwa yang tergolong langka itu. Namun, di sisi lain, KBS bakal kesulitan untuk memelihara komodo dalam jumlah besar. Lahan yang terbatas sangat tidak cocok bagi konservasi satwa langka seperti komodo, apalagi dalam jumlah besar.

Namun, anak-anak komodo itu tetap harus diketahui publik, minimal untuk menghindari penyimpangan. Sebab, nilai ekonomis komodo sangat tinggi. "Harus transparan agar tidak terjadi penjualan satwa langka," terang Machmud.

Dia menjelaskan, setelah jumlah telur komodo yang menetas diumumkan, semua pihak bisa melakukan pengawasan. Jika jumlahnya ternyata berkurang, alasannya harus dijelaskan. "Tapi kalau tidak diumumkan, siapa yang bisa mengawasi," ujar politikus Partai Demokrat itu. (idr/c10/fat)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 31 Imigran Etnis Rohingya Sembunyi di Rumah Warga

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler