JAKARTA - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan sekitar 75 persen sekolah di Indonesia berada di daerah risiko tinggi gempa bumi. Karena itu diperlukan bangunan sekolah tahan gempa.
Dia mencontohkan, akibat gempa bumi 6,2 SR di Bener Meriah dan Aceh Tengah Provinsi Aceh baru-baru ini tercatat 314 sekolah rusak. Masing-masing terinci, 171 rusak berat, 136 rusak sedang, dan 7 rusak ringan.
"Data ini menunjukkan bahwa sekolah belum aman dari bencana," kata Sutopo, Kamis (11/7).
Sutopo mengatakan anak-anak di sekolah merupakan komunitas yang sangat rentan terhadap bencana jika sekolahnya tidak aman. Apalagi saat terjadi gempa, banyak anak-anak dan guru tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Karenanya, dengan minim pengetahuan bencana dan gladi menyebabkan kepanikan. Terlebih lagi banyak bangunan sekolah berkualitas di bawah standar. Karena itu ke depan siswa dan guru di daerah rawan gempa bumi wajib diajarkan simulasi bencana gempa secara rutin.
"Data Bank Dunia tahun 2010 menyebutkan jumlah sekolah Indonesia termasuk empat yang terbanyak di dunia yang berada pada daerah rawan bencana," ujar Sutopo.
Saat tsunami Aceh tahun 2004 lebih dari 2.000 sekolah hancur. Gempa di Yogyakarta pada 2006 menghancurkan 2.900 sekolah, dan gempabumi Sumatra Barat 2009 merusak 241 sekolah.
"Sekolah menjadi prioritas. BNPB bersama kementerian/lembaga telah menyusun panduan sekolah aman. Selain perkuatan struktur bangunan juga menyangkut sistem pendidikan yang membangun kesadaran dan kemampuan anak-anak untuk tanggap bencana," pungkasnya. (Fat/jpnn)
Dia mencontohkan, akibat gempa bumi 6,2 SR di Bener Meriah dan Aceh Tengah Provinsi Aceh baru-baru ini tercatat 314 sekolah rusak. Masing-masing terinci, 171 rusak berat, 136 rusak sedang, dan 7 rusak ringan.
"Data ini menunjukkan bahwa sekolah belum aman dari bencana," kata Sutopo, Kamis (11/7).
Sutopo mengatakan anak-anak di sekolah merupakan komunitas yang sangat rentan terhadap bencana jika sekolahnya tidak aman. Apalagi saat terjadi gempa, banyak anak-anak dan guru tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Karenanya, dengan minim pengetahuan bencana dan gladi menyebabkan kepanikan. Terlebih lagi banyak bangunan sekolah berkualitas di bawah standar. Karena itu ke depan siswa dan guru di daerah rawan gempa bumi wajib diajarkan simulasi bencana gempa secara rutin.
"Data Bank Dunia tahun 2010 menyebutkan jumlah sekolah Indonesia termasuk empat yang terbanyak di dunia yang berada pada daerah rawan bencana," ujar Sutopo.
Saat tsunami Aceh tahun 2004 lebih dari 2.000 sekolah hancur. Gempa di Yogyakarta pada 2006 menghancurkan 2.900 sekolah, dan gempabumi Sumatra Barat 2009 merusak 241 sekolah.
"Sekolah menjadi prioritas. BNPB bersama kementerian/lembaga telah menyusun panduan sekolah aman. Selain perkuatan struktur bangunan juga menyangkut sistem pendidikan yang membangun kesadaran dan kemampuan anak-anak untuk tanggap bencana," pungkasnya. (Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nuh Perintahkan Buku Porno Ditarik
Redaktur : Tim Redaksi