75 Tahun Indonesia Merdeka, Gus Jazil Mengingatkan 3 Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 16 Agustus 2020 – 16:02 WIB
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid. Foto: dok. MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - HUT Kemerdekaan di Masa Pandemi, Gus Jazil: Ada Tiga Tantangan yang Perlu Dituntaskan

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menyebut tahun lalu atau sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, setiap Agustus selalu ada perayaan semarak di tengah masyarakat.

BACA JUGA: Perdebatan Logo HUT RI, Ali Ngabalin: Nanti Ada Persimpangan Dekat Rumah, Kau Bilang itu Salib

Di berbagai jalan, gang, dan setiap rumah dipasang bendera merah putih. Mereka juga sibuk mempersiapkan diri mengadakan berbagai lomba dan karnaval yang meriah.

“Semua dilakukan sebagai wujud syukur atas kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945,” ujarnya di Jakarta pada Minggu (16/8).

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Peringatan untuk Amien Rais, Din Syamsuddin Tak Main-main

Pada Agustus 2020, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyadari pandemi masih mengukung beberapa wilayah dan kota di Indonesia akibatnya kemeriahan hampir pasti tidak mewarnai Agustus kali ini.

“Meski demikian jangan sampai semangat kemerdekaan kita berkurang sedikit pun,” paparnya. “Kita harus tetap semangat dalam kondisi apapun,” tambahnya.

BACA JUGA: Peringatan HUT Kemerdekaan RI, Ganjar: Lomba-Lomba Enggak Usah, Daripada Menyesal Kemudian

Digambarkan bagaimana dulu para pahlawan berkorban dalam suasana yang juga membahayakan diri dan keluarganya tetapi mereka tetap bersemangat dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. 

Pria yang akrab disapa Gus Jazil itu mengatakan ada tiga tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di HUT Kemerdekaan ke 75 Indonesia.

Ketiga tantangan itu adalah, pertama, darurat kesehatan. Dalam masa pandemi semua tidak tahu kapan wabah ini berakhir.

“Saat ini dunia menunggu vaksin,” ungkapnya.

Kedua, masalah perekonomian. Gus Jazil menyebut pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah itu.

Ketiga dan yang tidak boleh dilupakan adalah dunia pendidikan. “Saya menyebut pemerintah kurang peduli dalam masalah pendidikan dibanding dengan masalah kesehatan dan ekonomi,” ujarnya.

Dalam masa pandemi diakui siswa sekolah menempuh Pembelajaran Jarak Jauh, PJJ. Namun, seberapa efektif cara itu.

Dirinya mengandaikan Indonesia bisa pulih dan tumbuh perekonomiannya namun bagaimana bila ekonomi membaik namun generasi yang ada tidak mendapat pendidikan yang memadai.

“Kita ingin menjadi bangsa yang kuat ekonomi, otak cerdas, dan berbadan sehat,” tegasnya.

Gus Jazil mengakui ketiga hal tersebut dialami oleh banyak negara dan mereka sekarang sedang mencari metoda khusus untuk menangani.

Disebut dalam bidang kesehatan dan perekonomian pemerintah sudah jelas kebijakannya tetapi dalam dunia pendidikan Gus Jazil belum melihat secara nyata.

“Hanya melihat PJJ”, ungkapnya.

PJJ yang ada dikatakan hanya diikuti 30 persen dari 86 juta peserta dididk. “Artinya ini darurat pendidikan,” sebutnya.

Selama satu semester sudah tidak ada pendidikan. Hal yang demikian, menurutnya, perlu diambil sikap, tindakan, dan kebijakan.

“Kita tidak tahu kapan pandemi berakhir,” ujarnya.

Kalau selama satu tahun dunia pendidikan tutup dalam arti tidak ada kebijakan baru, tidak ada metode baru, tentu akan ada masalah buat anak didik kita ke depan.

Pemerintah diharapkan melakukan langkah-langkah penting dalam dunia pendidikan.

“Saya mengingatkan kepada pemerintah jangan abai kepada sektor pendidikan,” tegasnya.

Perlu ada kurikulum baru dalam masa pandemi. Meski ada PJJ hal demikian banyak tantangannya. “Ada guru yang belum akrab dengan gadget,” ungkapnya.

PJJ selama ini, menurutnya, hanya untuk mengingatkan agar para siswa belajar.

Dalam masalah ekonomi, dia menyebut pemerintah sudah membentuk Tim Pemulihan Ekonomi Nasional. Secara fakta memang tidak ada harapan perekonomian tumbuh.

Hal demikian tidak hanya dialami Indonesia namun juga dunia. Paling penting dilakukan menurut Gus Jazil adalah menahan agar perekonomian tidak jatuh.

Untuk itu dirinya menyarankan paling penting dilakukan adalah perekonomian tidak terjun bebas menjadi lebih minus.

Diakui sulit perekonomian tumbuh meski pemerintah sudah memiliki skema-skema di bidang perekonomian, perbankan, UMKM, dan bagi-bagi sembako

Dia menyebut perekonomian tidak tumbuh tidak apa-apa karena semua negara tidak mempunyai kekuatan untuk tumbuh.

“Minimal perekonomian kita stabil dan tidak minus,” harapnya. “Paling penting juga adalah bagaimana jangan sampai rakyat kelaparan,” ungkapnya.

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler