8 Murid SD Positif Terinfeksi HIV

Kamis, 07 Agustus 2014 – 05:34 WIB

CILACAP - Delapan siswa SD di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dinyatakan positif terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Namun, dua di antaranya hingga kini masih belum diketahui penyebab penularannya. Sementara, jumlah tersebut masih bisa bertambah karena ada sekitar tiga sampai empat anak rujukan dari luar kota.
    
Delapan siswa yang dinyatakan positif mengidap virus HIV tersebut, tersebar di sejumlah sekolah dasar di Cilacap. Mereka melakukan konsultasi dan pengobatan ARV di Klinik VCT Cahaya Pita RSUD Cilacap. Semuanya masih sekolah seperti biasa.
    
Manager Kasus Klinik VCT Cahaya Pita RSUD Cilacap, Rubino Sriadji menjelaskan, delapan siswa tersebut dalam penanganan dan konseling pihaknya.  Dari kedelapan siswa tersebut sudah terjangkit mulai dari usia 6 tahun, 5 tahun, bahkan ada yang terinfeksi saat masih duduk di bangku PAUD. Dijelaskan, 6 dari 8 siswa terinfeksi akibat penularan dari orang tua, dan pemaparan darah.

"Sedangkan yang dua lainnya, kita masih belum bisa pastikan, karena masih kita investigasi," tegasnya, saat ditemui Radar Banyumas (Grup JPNN.com), Rabu (6/8).
    
Perihal terjangkitnya siswa SD terhadap virus HIV, pihak klinik VCT juga mengkritik teman-teman dari dunia pendidikan. Pasalnya, ada segelintir orang dari dunia pendidikan yang justru memberikan stigma negatif kepada delapan siswa ini. "Itu sebenarnya tidak boleh terjadi. Mereka yang sudah terjangkit, lalu dilarang masuk ke satu sekolah karena takut siswanya berkurang, itu tidak benar," jelasnya.
    
Seharusnya, lanjut dia, pola pikir tersebut dirubah, dengan lebih fokus pada bagaimana cara mencegah penularan HIV itu sendiri. Menurutnya, mereka tidak pantas mendapat diskriminasi, malah sebaliknya, harus diperhatikan, dirangkul, dan berfikir solusi pencegahan yang baik.
    
"Karena tidak mungkin, siswa SD diberi penyuluhan tentang penggunaan kondom atau sosialisasi perilaku seksual. Akan lebih tepat jika pihak sekolah atau kalangan dunia pendidikan itu melakukan pencegahan penularan dengan hidup sehat, dan lain sebagainya. Itu bisa dilakukan dari ligkungannya, bukan kepada ODHA nya saja," imbuh Rubino.
    
Ditambahkan, gengsi status dalam dunia pendidikan sudah seharusnya dihilangkan dan diganti dengan tindakan yang lebih baik. "Sampai sekarang masih ada yang justru mengutamakan gengsi status pendidikan, ketimbang bagaimana pencegahan efektif yang harus dilakukan untuk menekan penularan virus tersebut," tandasnya. (far/acd)

BACA JUGA: PN Sibolga Harus Cepat Salinan Putusan Kasasi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Panselnas Tunggu Syarat Pendaftaran CPNS 25 Pemda di Sumut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler