Program peningkatan akses pendidikan tinggi secara massal bagi anak Papua ini, baru pertama kali dijalankan meskipun kemerdekaan Indonesia sudah berumur 67 tahun. "Kita sambut baik. Karena selama ini jangankan masuk PTN, mimpi masuk PTN saja bagi mereka hampir tidak mungkin," tutur Ketua Mejelis Rektor PTN Indonesia (MRPTNI) Idrus Paturusi kemarin (7/8).
Ratusan pemuda Papua tadi disebar dalam sejumlah program studi (prodi). Mulai dari prodi-prodi di rumpun Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Ekonomi (FE), dan Fakultas Teknik (FT).
Idrus yang juga rektor Universitas Hasanuddin itu menuturkan, rekrutmen atau penerimaan para mahasiswa dari suku-suku di Papua itu dibedakan dengan mahasiswa umum lainnya. Para mahasiswa dari Papua itu masuk PTN melalui jalur khusus diluar jalur SNM PTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri) maupun jalur mandiri kampus.
Menurut Idrus rekrutmen khusus untuk pemuda-pemuda Papua tadi cukup logis. "Kita tentu tahu bagaimana kondisi pendidikdan di sana," katanya. Jika para pemuda Papua tadi diikutkan dalam saringan SNM PTN mapun saringan mandiri kampus, sudah bisa dipastikan sebagian besar akan tersingkir.
Para calon mahasiswa dari Papua tadi juga mendapat keistimewaan lain dari sektor pembiayaan. Idrus mengatakan jika sebagian besar dari calon mahasiswa tadi sudah otomatis masuk dalam program beasiswa pendidikan mahasiswa berprestasi (Bidik Misi). Sehingga mereka sudah tidak terbebani biaya kuliah lagi. "Jadi mereka sudah tinggal memikirkan belajar dan belajar saja," ujarnya.
Dengan demikian, Idrus menuturkan perlahan tapi kualitas pendidikan masyarakat Papua bisa meningkat. Mengutip pernyataan koleganya di Universitas Cendrawasih (Uncen), Idrus mengatakan jika program ini merupakan salah satu dari rangkai proyek mengindonesiakan pemuda Papua.
Di tengah geliat yang menggembirakan ini, Idrus mengatakan jika seluruh pemuda Papua yang diterima kuliah di kampus negeri itu perlu mendapatkan treatment khusus. Dia menuturkan bahwa sebelum menjalani perkuliahan para mahasiswa dari Papua itu wajib menjalani sesi wawancara kemampuan terlebih dulu.
Jika dari hasil wawancara kemampuan ini ditemukan ada mahasiswa yang kualifikasi akademiknya jauh di bawah standar rata-rata mahasiswa baru, maka harus mengikuti perkuliahan matrikulasi dulu. Setelah lulus matrikulasi, baru dimasukkan dalam kelas reguler bersama mahasiswa umum.
"Tetapi jika hasil wawancara kemampuan tadi diputuskan bahwa kemampuannya sudah standar rata-rata mahasiswa umum, mereka bisa langsung kuliah reguler," tandas Idrus. Sebagai salah satu rektor yang kampusnya menjadi rujukan kuliah pemuda Papua itu, Idrus mengatakan akan melayani dengan optimal. Dia mengatakan kualitas penduduk Papua sudah saatnya digenjot supaya setara dengan pulau-pulau lainnya. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Pendidikan Rp 43 M Tanpa Sepengetahuan Dewan
Redaktur : Tim Redaksi