Data dari Balai TNDS menyebutkan, sembilan perusahaan yang telah mengantongi izin dan siap beroperasi di dekat wilayah tersebut adalah PT Nusantara Mukti Sentosa, PT Bukit Prima Plantindo, PT Aneka Prima Pendopo, PT Plantana Razsindo, PT Setia Arto Mulia, PT Sawit Karunia Seriang, PT Sumber Sawit Sintang, PT Kirana Mega Tara, dan PT Mandala Agrisindo Perkasa.
Meskipun belum seluruh perusahaan yang memiliki izin itu sudah beroperasi, namun keberadaannya sudah memantik kekhawatiran masyarakat setempat
BACA JUGA: Tabung Gas Meledak, Warung Nasi Uduk Terbakar
Sebab, diprediksi akan membawa dampak lingkungan di seputar kawasan TNDS dan bahkan akan bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat setempat seperti masalah ekonomi, ekologi serta ekses sosiologi.H Jono, tokoh masyarakat yang juga pengusaha penangkar ikan Arwana di Kecamatan Suhaid, Kapuas Hulu mengaku sangat resah dengan masuknya perusahaan sawit di sekitar penangkaran yang di kelolanya sejak 1984 silam
Keresahan itu cukup beralasan dilihat dari sisi pergeseran ekologi, terutama kesulitan untuk mendapatkan sumber air bersih yang tidak tercemar
BACA JUGA: Diamankan Sebelum Gelar Spanduk
Sebab, biasanya perusahaan sawit menggunakan Pestisida dan pupuk organik“Tahu sendiri lah, perusahaan kelapa sawit pasti menggunakan bahan kimia
BACA JUGA: Polisi Terluka Diserang Penjudi
Ini yang menjadi persoalan bagi kitaKondisi air pasti sudah tidak steril lagi,” kata H JonoSelain itu, lanjut Jono, Kecamatan Suhaid dan beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan penyangga TNDS dan bisa maju dengan mengandalkan sektor perikanan sebagai basis perekonomian utama masyarakatHingga kini, tercatat sekitar 100 tambak ikan arwana di wilayah itu, murni dikelola masyarakat dengan nilai investasi mencapai Rp200 miliar
“Kita tak bisa bayangkan, jika sudah masuk perusahaan sawit itu semuaMau jadi apa TNDS ini, belum lagi dampaknya bagi usaha masyarakatInvestasi kita tidak sedikit lho pada sektor perikanan ini dan merupakan mata pencaharian utama,” beber Jono.
Keresahan masyarakat, akan keberadaan perusahaan kelapa sawit cukup beralasanBukan hanya dampak penggunaan bahan kimia saja, namun jenis tanaman sawit diketahui sebagai tanaman yang haus dengan air.
Terpisah Direktur Yayasan Konservasi Hutan Kalbar, Lauren mengatakan pengaruh perubahan lahan dari hutan gambut menjadi lahan sawit terhadap alam sangat burukLahan gambut tumbuh dari berbagai jenis tanaman, menghasilkan karbondioksida dan berfungsi sebagai penyerapan airSedangkan jika lahan digunakan menjadi perkebunan sawit, fungsi hutan sebagai penyerapan air tidak sepenuhnya lagi berfungsi
“Sudah barang tentu bakal mengubah keadaan iklimTidak hanya penyerapan airSudah pasti bumi bertambah panasNah, es yang berada di kutub utara akan mencairPersoalan ini berpengaruh terhadap semua makhluk hidup di bumiJika tidak bisa menyesuaikan diri sudah pasti ancamnya punah,” pungkasnya(din/sry/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sore Ini, Hujan dan Petir Sambangi Jabodetabek
Redaktur : Tim Redaksi