AAGN Ari Dwipayana: Pemerintah Harus Siapkan SDM Unggul

Kamis, 14 November 2019 – 13:16 WIB
AAGN Ari Dwipayana. Foto: Dok Pri

jpnn.com, BALI - Sekretaris Jenderal PP Kagama AAGN Ari Dwipayana mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul.

Menurut dia, SDM itu harus bisa menggerakkan dan memanfaatkan teknologi Revolusi Industri 4.0.

BACA JUGA: AAGN Ari Dwipayana: Bonus Demografi Bisa Jadi Keunggulan dan Bencana

“Hal itu untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional, daya saing, dan kesejahteraan sosial," ujar Ari dalam Seminar Nasional Pra-Munas Kagama dengan tema Kesiapan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Roadmap Pembangunan SDM Indonesia di Bali, Kamis (14/11).

Becermin pada data dari World Economic Forum dan peringkat Indonesia di Global Innovation Indeks (GII) 2019, Ari mengatakan bahwa posisi Indonesia tertinggal jauh.

BACA JUGA: Menaker: Pembangunan SDM Perlu Sinergitas Pusat dan Daerah

Menurut Ari, diperlukan usaha-usaha luar biasa untuk memacu tingkat inovasi nasional, baik pada input maupun output.

"Penting dan urgen untuk menaruh perhatian pada sektor pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kewirausahaan, selain pembenahan-pembenahan struktural pada ekosistem politik, riset dan reproduksi pengetahuan, ekonomi, penegakan hukum, dan keuangan," jelas Ari.

Ari menjelaskan, di bidang pendidikan, survei terbaru pada 2015 Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan literasi peserta didik usia 15 tahun (diukur dari kemampuan membaca) tergolong rendah.

Menurut Ari, skor rata-rata anak didik Indonesia hanya 403 untuk sains (dari rata-rata skor anak didik negara yang diteliti 493), 397 untuk membaca (rata-rata 493) dan 386 untuk matematika (rata-rata 490).

Sementara itu, dari Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2016 persentase pencapaian siswa yang masih kurang ada pada bidang matematika sekitar 77,13 persen, kurang di bidang kemampuan membaca sekitar 46,83 persen, dan kurang di bidang sains 73,61 persen.

Demikian juga pada sektor kesehatan. Sejauh ini derajat kesehatan di Indonesia masih belum merata.

Contohnya angka kelahiran ibu di usia 15-19 tahun masih tinggi, menurunnya penggunaan alat kontrasepsi modern, pola hidup yang tidak sehat meningkatkan risiko penyakit, prevalensi stunting masih tinggi, dan masih banyak lagi.

Di bidang kewirausahaan, jumlah wirausaha di Indonesia masih kecil dibandingkan jumlah penduduk.

"Dengan patokan di negara-negara yang lebih maju jumlah yang wirausahawan berkisar 14 persen, kita tahun 2018 baru 3.1 persen. Dengan jumlah penduduk yang telah di atas 250 juta, dibutuhkan setidaknya 40 juta pengusaha," jelas Ari. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler