ABG Diculik dan Dijual ke Malaysia

Senin, 24 Desember 2012 – 08:54 WIB
BIREUEN--Nyaris dua tahun lamanya Nuraini (16) terpisah dengan keluarga, di Dusun Keude, Desa Krueng Simpo, Bireuen. Selama itu jugalah ia menjalani penderitaan hidup, pasca diculik orang tak dikenal (OTK) dari kampungnya, sejak Februari 2011. Sindikat perdagangan orang tersebut, membius dan membawa korban naik Avanza. Hingga berada di Malaysia, serta dijual sebagai pembantu rumah tangga (PRT). 

Kini setelah kembali lantaran diselamatkan sesama warga Aceh di negeri jiran, ia pun dideportasi kembali ke Indonesia dan desa tempat tinggalnya, sejak sepuluh hari kemarin. Kasus ini telah dilaporkan ke POlres Bireuen, agar melacak keberadaan sindikat trafficking sekaligus penculikan tersebut. Berikut penuturan korban kepada Metro Aceh (Grup JPNN), Minggu (23/12) siang di kediamannya. Nuraini menceritakan pengalaman pedih selama hidup di Malaysia. Ia terkatung-katung dan sering mengalami penyiksaan lahir batin.

Awal penderitaan itu bermula pada Minggu 6 Februari 2011 lalu. Sekira pukul 12.00 WIB saat dirinya keluar rumah, guna membeli obat untuk sang adik yang sedang sakit. Tiba-tiba didatangi seorang wanita menaiki mobil Avanza, ketika dirinya berjalan kaki menuju kios tak jauh dari kediamannya. TKP berada di lintas Bireuen-Takengon Km17,5.

Menurut Nuraini, ia lupa nama perempuan itu namun pernah mengenal wajahnya. Pelaku lantas menarik ke dalam mobil dan sempat memberi uang Rp5 ribu, untuk beli obat si adik. Tapi begitu uang diterima, wanita tersebut lalu membekap mulut pakai lakban hitam, sedangkan tangannya terus dipegang agar tak meronta-ronta. Sementara mobil terus melaju keluar BIreuen hingga tiba di salah satu perkampungan di Lhokseumawe.

Di sini Nuraini diturunkan dan diserahkan kepada seseorang, bernama Basyariah. Di desa itu, gadis remaja   tersebut sempat menginap seminggu. Lalu kemudian dibawa ke Medan menaiki Mobil angkutan umum L-300. Setiba di ibukota Sumatera Utara, ia pun diberi kepada Desi dan Santi yang sudah menunggu di rumah. Nuraini mengaku tak mengetahui jalan ataupun lokasi kediaman sindikat terorganisir tersebut.

Tak lagi menginap, ABG ini kembali melanjutkan perjalanan menuju Malaysia, via Tanjung Balai menaiki kapal Feri. Sepanjang melewati perairan ke Keudah, korban tak sadarkan diri. Pasalnya, ia sudah diberi dua butir pil diduga obat tidur dan bius. Tak berapa lama, mereka sampai ditujuan lantas menginap di hotel, diduga milik Desi. Kurun waktu dua bulan, Nuraini menetap di penginapan. Cewek berparas manis ini tak berani melawan, karena Desi kerap mengancam akan memukulnya.  

Setelah delapan minggu berlalu, Nuraini baru diserahkan kepada seseorang, berinisial Kak Nap. Ia menjual korban kepada orang china serta bekerja sebagai pembantu. Sehari-hari disuruh membersihkan daging babi, yang telah dipotong. Namun karena lain akidah dan bertentangan dengan agama, Nuraini selalu menolak. Ia pun dipukul dan dikembalikan kepada Kak Nap.

“Saya tahu dijual Kak Nap,  karena tidak ada paspor. Saya sempat baca selembar kertas ditulis nama dan ditempel foto saya. Yang pegang kertas itu harus bayar Rp 8000 ringgit,” jelasnya.

Kemudian, Kak Nap, menjual lagi korban Nuraini dan bekerja di restoran. Setiap hari harus datang pukul 06.00 pagi. Saat datang cepat restoran belum dibuka hingga Nuraini datang telat, tiba pukul 08.00 Wib.

"Gara-gara terlambat saya disiram air dan juga minyak panas, oleh sang majikannya. Bahkan diberi hukuman  dengan cara dikurung dalam bilik yang sudah dilepaskan gas elpiji. Selama satu minggu, saya mengalami sesak nafas," kata Nuraini sedih.

Selepas dari ruangan tersebut, korban mengadu kepada temannya dan melapor kepada tetangga di samping restoran.  “Saya sempat sebulan di rumah sakit menjalani perawatan. Setelah sembuh kembali kerja selama tujuh bulan di restoran itu, tapi tak pernah diberi gaji,” kisahnya.

Mengenai nasib tragis yang dialami anaknya, Syarifuddin Navi (65) hanya mampu mengutuk keras. Meski demikianpun, ia mengucap syukur karena Nuraini telah kembali ke tengah-tengah keluarga di Bireuen.

"Saya sebelumnya sudah pernah melapor ke Polsek Juli, namun sia-sia belaka. Termasuk mencari ke sejumlah tempat tapi anaknya tak pernah ditemukan. Selang setahun kemudian, barulah ada komunikasi antara keluarga dan korban, lantaran Nuraini sudah punya hp. Dia menelpon kami, memberi kabar berita dan saya menyuruhnya untuk kabur dari restoran itu," kata Navi.

Terkait kasus penculikan sekaligus trafficking ini, diamini Kanit Reskrim Polsek Juli Bambang Setiawan. "Saya sudah terima laporan dan korban dalam pengawasan pihak kami. Perkara sedang dalam proses lidik, penanganannya dikoordinasikan dengan Polres Bireuen.

Sementara itu, pihak kepolisian juga telah mengambil keterangan Nuraini, menyatakan pelaku penculiknya pertama adalah wanita, yang pernah bekerja dengannya di kebun sawit kilometer 32.

"Korban mengaku kenal pelaku, tapi tak tau nama karena cuma bertegur sapa saat bekerja di kebun sawit dahulu. Karenanya kasus ini akan kami kembangkan dahulu," tandas Kanit.(rah)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Direksi PDAM Bogor Diduga Catut Kapolri dan Jaksa Agung

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler