Abu Vulkanis Sinabung Matikan Ekonomi

Kamis, 09 Oktober 2014 – 08:16 WIB

jpnn.com - KARO - Abu vulkanis yang menyelimuti Kota Berastagi, Karo, Sumatera Utara, dan sejumlah desa benar-benar mematikan aktivitas ekonomi warga. Selain mengakibatkan pedagang enggan berjualan, abu setebal 1 sentimeter tersebut membuat petani memilih ekstrahati-hati dalam memanen tanaman.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) kini menjadi momok bagi warga di Kabupaten Karo yang wilayahnya terdampak semburan abu. Hingga kemarin, Dinas Kesehatan Pemkab Karo juga belum membagikan masker kepada warga. Padahal, aktivitas vulkanis Gunung Sinabung yang meningkat beberapa hari ini telah berdampak cukup parah terhadap Kota Berastagi dan sekitarnya. Sebab, gunung api tertinggi di Provinsi Sumatera itu memuntahkan material abu vulkanis.

Dari pantauan Metro Karo (Jawa Pos Group) Rabu (8/10), bukan hanya Berastagi, sejumlah desa di Kecamatan Merdeka seperti Jaranguda, Semangat Gunung, serta Cinta Rayat juga dihujani abu vulkanis dengan ketebalan sekitar 1 sentimeter.

Sementara itu, mengenai aktivitas guguran awan panas Sinabung, sesuai dengan informasi yang dihimpun dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, pada pukul 00.00-18.00 tercatat 6 kali kejadian dengan luncuran terjauh 3 km ke arah tenggara-selatan. Tepatnya arah Desa Gurukinayan, Sukameriah, Sibintun, dan Berastepu. Sementara itu, arah angin bergerak ke timur (Kota Berastagi).

Pada Selasa (7/10) pukul 22.29, terjadi guguran awan panas sejauh 4,7 km ke arah tenggara selatan dan arah angin bergerak ke timur. Guguran awan panas itulah yang membuat Kota Berastagi dihujani abu vulkanis dengan intensitas tinggi. ''Masyarakat diimbau tetap menjauhi zona rekomendasi kami, yakni 5 km sektor selatan tenggara dan radius 3 km untuk arah timur,'' ujar Arif, petugas PPGA, kemarin.

Dia menjelaskan, hingga saat ini Gunung Sinabung masih berstatus siaga. Belum ada tanda-tanda peningkatan status menjadi awas.

Kemarin para pedagang dan pelaku usaha wisata di pasar buah dan jagung rebus khas Berastagi enggan membuka kios. Mereka khawatir barang dagangannya rusak dan kotor. ''Lebih baik kami tutup daripada menanggung kerugian tambahan. Tidak ada tamu saja kami sudah kewalahan, apalagi nanti kalau bahan dagangan ini kotor dan rusak, mau ke mana lagi kami cari gantinya? Yang ini saja tidak tahu kapan terjual,'' ujar Karo, pedagang di pasar buah.

Gencarnya aktivitas Gunung Sinabung yang terpublikasi lewat media cetak dan elektronik juga menurunkan tingkat kunjungan wisata ke Berastagi. Meski belum terjadi masa libur panjang, butuh waktu untuk mengembalikan suasana jika kondisi Sinabung belum kembali normal.

Selain pedagang, abu yang menyerang ke arah timur dan timur laut Sinabung seperti Kecamatan Merdeka dan Berastagi telah mengganggu para petani. Karena tebalnya abu, tanaman di lahan pertanian mereka rusak. Para petani pun memilih berhati-hati. Apalagi mereka yang segera panen. Para petani harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengolah hasil panen mereka sebelum dijual.

''Yang kami jual harus steril. Kami juga harus menyiram hasil panen karena abunya tidak gampang hilang,'' ungkap Surbakti, petani dari Kecamatan Merdeka. (riza/JPNN/c5/sof)

BACA JUGA: Kantor Pos Segera Distribusikan 12.524 Lamaran CPNS

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasien BPJS Mendominasi Layanan Rawat Inap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler