Aceh Kaya Gas, Kok Gas Mahal?

Senin, 06 Januari 2014 – 08:38 WIB

jpnn.com - LHOKSEUMAWE - Keputusan pemerintah menaikan harga gas tabung 12 kilogram mendapat respon negatif dari masyarakat. Seperti diungkapkan warga Kota Lhokseumawe yang protes terhadap melambungnya harga gas.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, rata-rata harga gas ukuran 12 kilogram menjadi Rp 145 ribu hingga Rp 150 ribu. Sementara harga sebelumnya, hanya Rp 90 ribu hingga Rp 95 ribu. Untuk ukuran gas 3 kilogram juga terjadi kenaikan dari harga Rp 15 ribu menjadi Rp 17 ribu hingga Rp 22 ribu.

BACA JUGA: Gaji CPNS dari Honorer K2 Sudah Disiapkan

"Kami merasa berat dengan naiknya harga jual elpiji, belum lagi harga kebutuhan pokok yang terus naik" terang Ratna (35) seorang ibu rumah tangga asal Banda Sakti, kepada Rakyat Aceh (Grup JPNN), kemarin.

Dia mengatakan, Pertamina dan Pemerintah harus bertanggungjawab dengan kenaikan harga elpiji tersebut. "Aceh dikenal dengan sumber gas tapi kenapa gas bisa terjadi kenaikan," imbuhnya.

BACA JUGA: Seleksi Sekda Masuk Tahap Ketiga

Sementara beberapa penjual gas elpiji di Banda Sakti menyebutkan, gas itu dinaikan karena harga beli juga naik. "Kami penjual gas hanya menyesuaikan saja dengan harga beli dari pangkalan gas. Kalau harga beli tinggi maka harga jual tinggi," ucap Muhammad (40) seorang penjual gas kepada Rakyat Aceh.

Hal senada juga disampaikan warga Lhoksukon, Aceh Utara yang menilai harga elpiji 12 kilogram sangat mencekik leher. Seperti disampaikan Rafar, warga Panton Labu, Tanah Jambo Aye, Minggu (5/1), kepada Rakyat Aceh.

BACA JUGA: Mengamuk di Pesawat, Oknum PNS Dibekuk saat Mendarat

Rafar berharap pertamina menurunkan harga gas elpiji dari Rp 150 ribu ke semula yakni Rp 95 ribu per tabungnya. Sebab, melambungnya harga beli tersebut sangat meresahkan  masyarakat kecil.

“Harga jual yang cukup melonjak ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah pusat. Dan pemerintah juga harus menetapkan harga eceran tertinggi (het). Jangan-jangan ini adalah permainan oknum-oknum yang tak bertanggung jawab,” keluhnya.

Tentu saja, sambungnya, bila harga gas naik, barang lain di tingkat pedagang juga bakalan naik. Sebab, mereka juga menyamakan harga beli gas dengan harga jual barang dagangan mereka, seperti usaha warung nasi dan warung kopi.

Sementara Rizal, penjaga pangkalan elpiji PT Indung Tulot Energy, di Lhoksukon, meyebutkan, pihaknya terpaksa menjual harga gas elpiji ukuran 12 kilogram dengan harga Rp 150 ribu per tabung, karena harganya memang sudah naik. “Satu tabung itu Rp 150 ribu ukuran 12 kilogram. Sedangkan, harga gas 3 kilogram Rp 16 ribu dijual,” katanya. (arm/zub/rus)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Klaim Belum Timbulkan Gejolak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler