Minuman energi telah dikaitkan dengan meningkatkan resiko kematian mendadak akibat serangan jantung dan menaikkan tekanan darah di kalangan anak muda, terutama bagi mereka yang tak sadar miliki gangguan jantung.
Gabungan penelitian yang dilakukan di New South Wales, dengan melibatkan University of Sydney, Rumah Sakit Royal Prince Alfred (RPA), dan Centenary Institute menemukan orang-orang yang memiliki sindrom Long QT mengalami perubahan signifikan pada detak jantung, mereka juga beresiko pada kematian mendadak akibat serangan jantung.
BACA JUGA: Sekitar 60.000 Bekas Tambang di Australia Kurang Rehabilitasi
Sindromm Long QT ini dialami oleh satu dari 2.000 orang.
"Bahkan salah satu minuman energi dapat memicu tekanan darah berbahaya atau gangguan jantung, bahkan kematian mendadak," kata Dr Belinda Gray, ahli jantung dari RPA.
BACA JUGA: Sekitar 60 Bekas Tambang di Australia Kurang Rehabilitasi
"Minuman ini tidak seaman yang orang kira."
Dr Belinda mengatakan pasien menunjukkan peningkatan tekanan darah 'lebih dari 10 persen', peningkatan yang tidak terjadi di kelompok yang terawasi.
BACA JUGA: Gereja Katolik Bayar $276 Juta Terkait Pelcehan Seksual Anak-anak di Australia
Ia mengatakan warga harus diperingatkan soal bahaya dari minuman energi, karena banyak yang tidak sadar jika mereka memiliki kondisi genetis tertentu, khususnya di kalangan anak muda.
"Itulah kelompok yang paling banyak ditargetkan sebagai pangsa pasar minuman energi," katanya.Mencampur alkohol dengan minuman energi Belinda Gray, ahli jantung dari rumah sakit Royal Prince Alfred bersama salah satu peminum minuman energi.
ABC News: Antoinette Lattouf
Salah satu peserta studi, Barbara-Anne Tane, 34 tahun mengalami sindrom Long QT sejak berusia 16 tahun.
Ia mengatakan mencampurkan alkohol dengan minuman energi telah menjadi hal yang biasa ia lakukan saat keluar bersama teman-teman.
"Kalau bukan V, Red Bull [merk minuman energi]," katanya.
"Semua orang minum itu."
Saat itu, Barbara mengaku tidak tahu resiko kesehatan yang ditimbulkan minuman energi.
"Sekarang mereka telah mengkonsumsi minuman energi selama bertahun-tahun, menjadi bagian pola konsumsi banyak orang," katanya.
Sebagai bagian dari studi, Barbara diberi minuman energi dalam waktu 90 menit, sambil menjalani pemeriksaan jantung dan tes darah terus menerus.
"Saya merasa baik-baik saja dan tenang pada awalnya," katanya.
"Sekitar 10 sampai 15 menit kemudian, saya mulai merasakan pengaruh [minuman] ... menjadi lebih terjaga," katanya
"Perlahan-lahan saya merasa detak jantung juga meningkat."
Barbara mengatakan ia berhenti mengkonsumsi minuman energi saat ia mulai khawatir soal kesehatannya, terutama kondisi jantungnya.
"Saya pikir penelitian ini sangatlah baik untuk membantu orang mengetahui soal resiko kesehatan yang berhubungan dengan minuman energi."Hasil penelitian dianggap 'jauh dari kesimpulan'
Dewan Minuman Australia mengatakan kepada ABC bahwa mereka menolak hasil penelitian yang dianggap membatasi.
"Sangat penting untuk dicatat bahwa hasil penelitian ini jauh dari meyakinkan," kata juru bicara dewan minuman.
"Bahkan, menurut penelitian, 87,5 persen responden melaporkan tidak ada efek samping."
"Minuman energi telah berulang kali diuji dan dianggap aman oleh otoritas keamanan pangan yang jumlahnya tak terhitung di seluruh dunia.
"Penelitian ini sangat kecil, hanya dengan 24 peserta, yang diminta untuk untuk mengawasi diri mereka sendiri, dimana menambah keterbatasan temuan."
Dr Belinda mengatakan dosis minuman energi yang diberikan kepada orang-orang dalam penelitian ini dibatasi untuk alasan etis, tetapi kesimpulan bagaimana pengaruh dari minuman energi masih dapat diambil dari hasil penelitian.
Untuk alasan etis, kami hanya bisa memberikan dosis rendah bagi pasien dalam penelitian ini, tapi kenyataannya banyak anak muda mengkonsumsi empat kali bahkan lebih minuman energi dengan alkohol dalam satu malam. Minuman ini tersedia mudah bagi anak muda muda. "
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anjing Paling Terkenal di Australia Meninggal di Usia 15