Seorang pria Melbourne yang menjalani proses 'kandungan sewaan (surrogacy) di Thailand di waktu bersamaan dengan skandal Baby Gammy, sekarang memperjuangkan agar bisnis "penyewaan kandungan" ini diizinkan di Australia.
Sam Marshall dan pasangannya Natasha McAlpine mulai mencari informasi mengenai proses surrogacy di Thailand tiga tahun setelah dia sembuh dari kanker yang membuatnya tidak bisa mengandung anak kedua.
BACA JUGA: Konsumsi Narkoba Korban Kejahatan Meningkat
Marshall mengatakan dia dan Natasha khawatir ketika mereka mendengar soal Gammy, namun klinik tempatnya menyewa kandungan sangat profesional sehingga semua proses berjalan mulus.
Namun kanker Natasha kemudian kembali menyerang.
BACA JUGA: Gugatan Penolakan Grasi Bali Nine Ditolak PTUN Indonesia
Sehari setelah Natasha meninggal, Marshal menerima telepon yang mengatakan ibu yang mengandung anak mereka melahirkan.
BACA JUGA: Matthew Gardiner Khawatirkan Serangan Balasan dari Pendukung ISIS
Sam Marshall sekarang mengasuh anaknya yang berusia 7 bulan bernama Thai, bersama dengan anak mereka yang pertama, Toby.
"Ketika saya melihat apa yang sudah dilakukan Tasha, semua usaha yang kami lakukan untuk mendapatkan Thai, seharusnya semua proses itu bisa dilakukan di sini," kata Marshall.
Thailand melarang permintaan kandungan sewaan dari luar negeri ketika sebuah pasangan dari Australia Barat meninggalkan seorang bayi kembar yang mengidap Down Syndrome, yang kemudian dikenal dengan nama Gammy.
Ahli surrogacy Professor Jenni Millbank dari Fakultas Hukum di University of Technology, Sydney, mengatakan lembaga yang mengurusi kandungan sewaan di Thailand ini sekarang memindahkan bisnis mereka ke Kamboja.
Professor Millbank juga mengatakan bahwa ada enam klinik surrogacy baru yang didirikan di Nepal.
Marshall mengatakan klinik tempat mereka mengurusi kelahiran bayi mereka bertindak profesional, namun dia mengetahui banyak klinik yang tidak profesional.
Dia mengatakan cara paling sederhana untuk melindungi semua ini adalah membuat bisnis penyewaan kandungan ini legal di Australia.
"Kita adalah negara dunia pertama, sehingga kita bisa menciptakan proses, struktur dan perlindungan sehingga masalah etisnya bisa diselesaikan. Kalau masalah etis ini sudah diselesaikan, tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukanya di sini," kata Marshall.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kondisi Lingkungan Australia Ubah Gen dan Picu Warganya Rentan Alergi