Ada Fenomena Tanah Bergerak di Manggarai Barat, Lihat Dampaknya

Senin, 28 Maret 2022 – 07:59 WIB
Warga pada Minggu (27/3/2022) mengecek rumah milik Benyamin Nenohaifeto (43) yang rusak akibat pergerakan tanah di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/Fransiska Mariana Nuka)

jpnn.com, LABUAN BAJO - Warga di Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) resah dengan adanya fenomena tanah bergerak.

Fenomena tanah bergerak itu terjadi di Kampung Wae Munting ini dan Kampung Dange.

BACA JUGA: Sabtu Malam, Gempat Magnitudo 5,2 Guncang Kendari, Warga Berhamburan Keluar Rumah

"Kejadian ini sudah terjadi sejak tahun 2018," kata tokoh masyarakat Kampung Wae Munting Viktor Bitrudis Senin pada (28/3).

Dia menjelaskan pergerakan tanah pada 2018 berdampak pada penurunan pondasi rumah milik Benyamin Nenohaifeto (43) dan Mateus Demin (56). Kejadian itu sudah dilaporkan ke pemerintah desa.

BACA JUGA: Ditelepon Dahlan Iskan Malam Jumat Kliwon, Mbak Rara Pawang Hujan Sampaikan Permintaan

Berikutnya, pada 2019, pergerakan tanah mengakibatkan retakan dan penurunan blok tanah di beberapa rumah di Kampung Wae Munting.

Kejadian kedua itu tidak dilaporkan warga ke pihak desa lantaran laporan sebelumnya tidak digubris.

BACA JUGA: KKB Pimpinan Egianus Kogoya Menyerang dari Berbagai Arah, Letda Mar Moh. Iqbal Gugur

Dampak tanah bergerak itu terus berlanjut pada 2020 dan 2021 dengan dampak yang ditimbulkan makin parah, bahkan ada tanah yang amblas.

Meskipun sudah dilaporkan kepada petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat, kejadian itu belum segera ditindaklanjuti.

Kemudian, pada Februari 2022 jumlah rumah warga yang rusak akibat pergerakan tanah bertambah lima rumah lagi di Kampung Wae Munting.

Menurut Viktor, setelah kejadian itu petugas BPBD Manggarai Barat mendatangi lokasi untuk mengecek dampak pergerakan tanah tersebut.

Sejauh ini total ada sembilan rumah warga di Kampung Wae Munting yang rusak akibat pergerakan tanah, ada yang fondasinya turun, lantainya retak, dan bangunannya bergeser.

Kerusakan total terjadi pada rumah milik keluarga Benyamin Nenohaifeto dan Simplisius Jempu.

Rumah permanen berukuran 6x8 meter milik Benyamin telah dua kali mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah, tahun 2018 dan 2022.

Lalu, rumah permanen berukuran 6x8 meter milik keluarga Simplisius rusak total pada Februari 2022. Hal itu membuat pemilik rumah mengungsi sementara ke pondok yang dibangun secara darurat.

Viktor menyebut fenomena pergerakan tanah itu membuat warga desa khawatir, terutama saat hujan turun.

"Semua masyarakat resah. Kalau hujan malam, apalagi gempa, masyarakat semua tidak tidur," ujar Viktor. (ant/fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler