Ada Maksud di Balik Hancurnya Saham BUMI

Rabu, 26 September 2012 – 07:38 WIB
JAKARTA - Tuduhan penyimpangan dana atas PT Bumi Resources (BUMI) telah jadi pemicu utama kerontokan harga sahamnya. Padahal, menurut pengamat pasar modal, Willy Sanjaya, tuduhan tersebut dia nilai tidak masuk akal dan dia yakini ada maksud terselubung dibalik itu semua.

Pada sesi pertama perdagangan Selasa (25/9/2012), saham PT Bumi Resources (BUMI.JK) ditransaksikan melemah 10 poin (1,47 persen) ke angka Rp670 dengan intraday tertinggi Rp680 dan terendah Rp590.

"Terhadap perusahaan Tbk (Terbuka), siapa pun bisa melakukan audit. Melihat dari kasus Bumi Plc mau mengaudit atau investigasi ke dalam silahkan saja selama perusahaan Tbk tersebut tidak masalah,” kata Willy Sanjaya, di Jakarta, Selasa (25/9).

Tuduhan penyimpangan dana dalam kasus Bumi Plc, menurut Willy sungguh tidak masuk akal sebab setiap perusahan Tbk kalau mau menggunakan dananya harus lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Willy mempertanyakan, mengapa saat RUPS para pemegang saham menyetujuinya. “Dan andai kata ada kecurigaan kenapa mereka tidak meminta diadakan RUPS Luar Biasa (RUPSLB). Tujuannya, untuk meminta pertanggungjawaban, bukan menyanyikannya di media massa,” tutur Willy.

Tentang auditor, lanjut dia, tentunya mereka telah menelaah dengan kemampuan regulasi-nya. “Juga, kenapa saham Bumi plc sudah jatuh sehari (Jumat) sebelum press release tentang investigasi pada Senin (24/9/2012)?” kata dia mempertanyakan.

Menurutnya, Vallar plc, banker dan pengacara, tentu telah melakukan due dilligence menyeluruh saat mau aksi korporasi reverse take over PT Bumi Resources Tbk. “Kenapa baru dipermasalahkan sekarang?” tanya dia.

Willy menengarai adanya tujuan terselubung di balik upaya menghancurkan harga dan menghembuskan issu. “Untuk mendapatkan harga murah. Wahai investor cerdiklah. Masalah seperti ini sudah sering terjadi di bursa kita,” ungkapnya.

Dia mencontohkan saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS.JK) yang harganya rontok tapi isunya tidak terbukti dan pada akhirnya PGAS pun rebound balik.

Begitu juga dengan BUMI. Menurut dia, isu ini tidak akan memengaruhi kinerja maupun produktivitas perusahaan. “Dan, masalah yang di-blow up sekarang adalah masalah tahun berapa? Dia mempertanyakan, apakah kinerja PT Energi Mega Persada (ENRG.JK), PT Bakrieland Development (ELTY.JK), PT Bumi Resouces Mineral (BRMS.JK), PT Borneo Lumbung Energi (BORN.JK) dan PT Bakrie Sumatra Plantation (UNSP.JK) juga harus ikut terpengaruh,” ujar Willy Sanjaya.

Sebelumnya, Direktur Bumi Plc, Ari Hudaya mengundurkan diri dari jabatannya menyusul adanya tuduhan penyimpangan dana di PT Bumi Resources (BUMI). Ari sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO Bumi Plc sampai Maret 2012 silam.

"Bapak Ari Hudaya sudah mengundurkan diri dari jabatan direktur non eksekutifnya di Bumi Plc, efektif 24 September 2012," kata Direktur dan Sekretaris Korporasi BUMI, Dileep Srivastava.

Menurut Dileep, Ari sengaja melepas jabatan tersebut untuk lebih fokus membangun bisnis di BUMI, perusahaan tambang grup Bakrie. Saat ini, Ari masih menjabat sebagai Presiden Direktur BUMI, perusahaan yang 29 persen sahamnya dikuasi Bumi Plc. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Penopang Krisis, Usaha Mikro Harus Diprioritaskan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler