jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Muradi menduga ada upaya membelah ulama di balik rencana musyawarah nasional (munas) ulama non-MUI membahas calon presiden penantang Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 mendatang.
Rencana bakal adanya munas sebelumnya dikemukakan Amien Rais usai bertemu Habib Rizieq Shihab di Mekkah, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: PAN Minta Pemerintah Tak Abaikan Kritikan Prabowo
"Ulama yang baik itu diakui publik dan dikenal oleh pemerintah, ya katakanlah yang mau dibelah ini MUI. Kalau mau dibelah mungkin saja, tapi seberapa efektif," ujar Muradi kepada JPNN, Rabu (20/6).
Pengajar di Universitas Padjadjaran itu kemudian mencontohkan keberadaan lembaga yang mengatasnamakan alumni Gerakan 212, terkesan tidak mampu menarik perhatian publik.
BACA JUGA: Pencapresan Amien Rais Diputuskan Lewat Rakernas PAN
Meski demikian, Muradi menyarankan gerakan yang mencoba menarik sentimen agama dan etnik, sebaiknya tak digunakan dalam politik.
"Saya kira upaya untuk mencari simpati demi kepentingan Pilpres 2019 boleh-boleh saja, tapi sebaiknya tidak menggunakan sentimen agama dan etnik," ucapnya.
BACA JUGA: Gerindra: Amien Rais jadi Capres Cuma Wacana
Muradi menilai, para aktor politik sebaiknya memunculkan hal-hal positif kepada publik. Misalnya, mengutamakan adu gagasan, adu politik maupun adu program.
"Politik adalah bagaimana memenangkan dengan jiwa besar. Bukan memenangkan dengan jiwa yang berlawanan dengan demokrasi dan kemanusian," pungkas Muradi. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sandi: Gerindra Masih Menghargai Pak Jokowi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang