jpnn.com - JPNN.com JAKARTA - Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Agus Parmudji percaya pemerintah tak akan terprovokasi dengan wacana kenaikan harga rokok sampai Rp 50 ribu.
Alasannya, industri tembakau yang dimulai pertanian hingga pabrik punya peran kuat dalam perekonomian Indonesia. Bahkan saat krisis ekonomi berat pada 1998 silam, industri hasil termbakau tetap bertahan dan mampu berkontribusi kepada Negara.
BACA JUGA: Garap Segmen Perempuan, Kinerja BTPN Melesat
"Pemerintah akan bersikap bijaksana dengan tidak akan menaikkan harga rokok seperti kehendak kelompok antitembakau," kata Agus, Senin (22/8).
Agus mengatakan, wacana kenaikan harga rokok sendiri tidak rasional yang hendak menciptakan kegaduhan. Usulan itu juga tidak disadari akan berdampak buruk pada lumpuhnya sendi-sendi ekonomi budaya pertanian tembakau.
BACA JUGA: Antam Siap Luncurkan Emas Perhiasan
“Pertanian tembakau itu sudah mengakar dan turun temurun sebagai alat dan media untuk mencari makan. Provokasi menaikkan harga rokok adalah tindakan yang mengancam stabilitas nasional di sektor penerimaan negara,” kata Agus.
Agus lantas menuding, usulan kenaikan harga rokok mencapai Rp 50 ribu itu sebagai agenda untuk membenturkan petani dengan pemerintah agar situasi negara tidak kondusif.
BACA JUGA: Pemerintah Akan Tarik Utang Rp 50 Triliun
“Kalau ini terus dipaksakan oleh kelompok antitembakau, tidak menutup kemungkinan petani akan datang ke ibu kota ramai-ramai,” pungkasnya. (jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Fair Membandingkan Harga Rokok di Negara Lain
Redaktur : Tim Redaksi