Ada Usul Lain untuk Pembatasan BBM Bersubsidi, Lebih Efektif Anti Kebocoran Data

Rabu, 13 Juli 2022 – 06:51 WIB
Ada cara agar BBM bersubsidi tepat sasaran ke rumah tangga layaknya bantuan perlindungan sosial. Ilustrasi SPBU: Ricardo/JPNN,com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra T.G Talattov menilai pembatasan pembelian BBM bersubsidi berbasis data rumah tangga yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Sebab, data itu akan memperlihatkan kemampuan ekonomi, penghasilan atau pengeluaran dari masing-masing rumah tangga.

BACA JUGA: Ekonom Beberkan Penyebab Pembatasan BBM Bersubsidi, Ada yang Tidak Bisa Dinego

Head of Center of Food, Energy and Sustanaible Development INDEF itu mengatakan program pendataan berbasis rumah tangga juga lebih efektif, lebih tepat sasaran, dan potensi penghematan konsumsi jauh lebih besar dibandingkan hanya berbasis kendaraan.

Abra menyebut masyarakat yang penghasilannya mepet di atas UMR masih dapat membeli BBM bersubsidi.

BACA JUGA: Ratusan Kapal Nelayan Parkir, Tak Melaut, Ada Masalah soal BBM?

Di sisi lain, subsidi dapat tepat sasaran ke rumah tangga layaknya bantuan perlindungan sosial lain seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Sembako.

"Itu akan jauh lebih efektif dan menghindari terjadinya kebocoran data," ujar Abra di Jakarta, Selasa (12/7).

BACA JUGA: Konon Kenaikan BBM Tak Berpengaruh Banyak, Ini Sebabnya

Kendati demikian, program ini membutuhkan waktu jangka panjang untuk proses eksekusinya. Pemerintah perlu menyiapkan data, melakukan sinkronisasi hingga menyiapkan mekanisme penyaluran.

Hal itu, kata Abra, alasan inilah yang belum membuat pemerintah mengambil opsi ini.

"Apabila mau diberlakukan tahun ini akan sulit," ujar Abra.

Oleh karena itu, Abra menyatakan cukup lega dengan adanya solusi alternatif pembatasan pembelian BBM bersubsidi berbasis kendaraan melalui MyPertamina.

Menurutnya, untuk sementara waktu cara ini sangat mungkin dilakukan dalam jangka waktu singkat, karena berbasis kapasitas mesin kendaraan.

Abra berharap program yang mulai berjalan ini dapat mengendalikan distribusi subsidi yang sudah mendesak karena disparitas harga BBM bersubsidi dengan non subsidi yang makin besar.

Saat ini, peralihan konsumen dari BBM nonsubsidi ke subsidi sudah terjadi beberapa bulan terakhir.

Pihaknya mencatat periode Maret- April 2022 terjadi peningkatan volume penjualan solar bersubsidi sebesar tujuh persen. Lalu, pada periode yang sama volume penjualan pertalite meningkat sebesar 13,8 persen.

"Jadi, kedua produk ini membuktikan bahwa terjadi shifting konsumen dari nonsubsidi ke subsidi," ujar Abra.

Meski demikian, Abra juga mengingatkan masih adanya potensi ketidakefektifan dalam mengurangi kuota penjualan dari penerapan pengendalian BBM subsidi berbasis data kendaraan ini.

"Masyarakat yang memiliki roda empat dengan CC (kapasitas mesin) di bawah 1.500, dia bisa menikmati subsidi yang jauh lebih banyak dibandingkan kendaraan roda dua. Terus, kalau mereka punya dua kendaraan, mereka juga bisa membeli BBM subsidi," ujar Abra. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler