jpnn.com, WELLINGTON - Selandia Baru melaporkan adanya kasus kematian warganya yang menerima suntikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer.
The Covid-19 Vaccine Independent Safety Monitoring Board (CV-ISMB) atau Badan Independen Pemantau Keamanan Vaksin di Negeri Kiwi itu menduga kematian tersebut berkaitan dengan miokarditis atau inflamasi pada otot jantung.
BACA JUGA: Warga Menyerbu Vaksinasi Massal Pfizer di RS Islam Pondok Kopi
Warga Selandia Baru yang meninggal setelah menerima vaksinasi Covid-19 itu merupakan seorang perempuan.
Lembaga tersebut telah memberikan catatan kepada Kementerian Kesehatan Selandia Baru bahwa terdapat isu kesehatan lain yang dapat memengaruhi hasil setelah vaksinasi.
BACA JUGA: Vaksin Pfizer Bisa untuk Usia 12 Tahun ke Atas
“CV-ISMB telah mempertimbangkan bahwa kematian perempuan tersebut karena miokardiatis yang merupakan efek samping langka vaksin Covid-19 dari Pfizer,” tulis siaran pers Kementerian Kesehatan Selandia Baru, Senin (30/8).
Kasus kematian yang terkait dengan vaksinasi Covid-19 buatan Pfizer itu merupakan yang pertama kali terjadi di Selandia Baru. Namun, detail kasus kematian itu masih menunggu penyelidikan lebih lanjut.
BACA JUGA: Pertahanan Kokoh Selandia Baru Akhirnya Jebol, Ini Kasus COVID-19 Pertama Sejak Februari
“Kami ingin memastikan hasil dari investigas ini tersedia secara luas untuk dipelajari pihak lain. Temuan ini akan dipublikasikan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah tentang miokardiatis akibat vaksin,” ujar Ketua CV-ISMB Chair Dr John Tait.
Gejala-gejala pada miokardiatis bisa meliputi nyeri dada, sesak napas, dan detak jantung yang tak normal. Oleh karena itu, sebaiknya siapa pun yang mengalami kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dari vaksinasi Covid-19 segera mencari pertolongan medis.
Walakin, negeri di Samudra Pasifik itu tetap melanjutkan program vaksinasi menggunakan Pfizer.
“Vaksin Pfizer sangat efektif untuk perlindungan melawan penyakit serius dan kematian akibat Covid-19, dan kami tetap mantap menggunakannya di Selandia Baru,” kata Dr Tait.(BBC/health.govt.nz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Panik Jika Mengalami KIPI, Begini Cara Menanganinya
Redaktur & Reporter : Antoni