Ada yang Unik dalam Sosialisasi Empat Pilar Bersama Lestari Moerdijat

Sabtu, 08 Februari 2020 – 15:34 WIB
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat. Foto: Antara/Sahabat Lestari

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat melakukan Sosialisasi 4 Pilar MPR dengan Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Kompleks Parlemen, Jakarta, Sabtu (8/2).

Politikus Partai NasDem itu berinteraksi dengan para peserta untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

BACA JUGA: Lestari Moerdijat Ingatkan Pentingnya Menjaga Keberagaman dan Toleransi

Para peserta pun tampak antusias mengikuti sosialisasi termasuk mendengarkan penjelaskan mengenai Empat Pilar MPR dari satu-satunya perempuan yang menjadi pimpinan MPR RI saat ini tersebut.

"Sosialisasi Empat Pilar ini agak berbeda karena kawan-kawan yang hadir ini adalah mahasiswa yang kami harapkan nantinya bisa menjadi champion, dan garda terdepan dalam melanjutkan mengenai empat pilar ini kepada publik," kata Lestari.

BACA JUGA: Lestari Moerdijat Minta Pemerintah Beri Perhatian Lebih Soal Kanker

Sosialisasi yang digabungkan dengan workshop itu membuat metodenya unik, berbeda dari yang pernah dilakukan dalam menyosialisasikan Empat Pilar MPR. Komunikasinya tidak satu arah tetapi dialog.

Ada pula game dan simulasi bersifat interaktif bersama para peserta sosialisasi itu. "Yang utama adalah kami ingin mengajak kawan-kawan untuk memahami kompleksitas berpikir," katanya.

BACA JUGA: MPR RI Akan Gelar Lomba Empat Pilar Tingkat SMA Internasional

Dalam kesempatan itu, Lestari memberikan penjelasan mengenai bagaimana metode berpikir, serta implementasi Empat Pilar dalam kehidupan sehari hari untuk menyikapi permasalahan yang ada.

"Jadi, leadership menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Karena di sini kami membuat beberapa permainan-permainan, simulasi, yang semuanya sifatnya interaktif," kata Lestari.

Menurut Lestari, sebetulnya yang diperlukan saat ini adalah kepemimpinan. Para generasi muda ini merupakan calon pemimpin di generasi penerus bangsa.

"Ada sifat kepemimpinan di mana di tahun 2030 yang kita kenal dengan kepemimpinan altrosentris. Kepemimpinan yang tentu pola dan gayanya berbeda dengan kepemimpinan saat ini. Karena permintaan dan requirement-nya sudah berbeda, zamannya juga sudah berbeda," ujar dia.

Lestari menjelaskan kalau dulu seorang pemimpin adalah yang berada di depan sehingga apa pun yang dikatakan pasti  dan harus diikuti. Dia menambahkan untuk masa depan yang diperlukan pemimpin yang memimpin karena persetujuan dari lingkungannya.

Pemimpin yang bisa menjadi motor untuk menggerakkan subsistem yang ada di sekitarnya. Bukan lagi pemimpin sebagai pahlawan, karena zamannya sudah berbeda.

"Tuntutan ke depan di 2030 apalagi menyambut 2045 Indonesia Emas, kita memerlukan orang yang bisa menjadi pemimpin, tetapi pemimpin yang ada di belakang yang bisa menggerakkan. Ini mengingat zamannya memang sudah berubah, pola memimpin, leadership sudah jauh berubah dengan masa lalu," katanya.

Jadi, kata Lestari, pada generasi muda harus memahami teori dan terus berlatih soal kepemimpinan. "Hari ini yang kami lakukan juga bagian dari proses itu," pungkasnya. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler