JAKARTA -- Semakin gencarnya pengaruh pemilik media yang terjun ke dunia politik terhadap pemberitaan di medianya dan kepentingan politik tertentu menjelang Pemilu 2014 cukup membuat khawatir sejumlah praktisi dan pemerhati media.
Pengamat komunikasi UI Jakarta, Ade Armando mengatakan, sesungguhnya media sangat menentukan kualitas Pemilu mendatang, termasuk kualitas para calon anggota legislatif (caleg) dan calon presiden (capres) yang akan dipilih nantinya.
"Oleh karena itu, idealnya seluruh media bersatu dan bekerjasama untuk mengawal kualitas Pemilu mendatang dengan memberikan informasi yang benar dan layak untuk diketahui publik, tanpa harus menutup-nutupi informasi yang ada, termasuk jejak rekam para caleg dan capres yang ada," ujar Ade Armando dalam diskusi bertema “Kiprah Media Massa Jelang Pemilu 2014” yang digelar The Indonesian Institute Jakarta, Rabu (12/6).
Menurutnya, menjelang Pemilu 2014, media massa menjadi sarana strategis bagi partai politik (parpol) untuk menyampaikan pesan politiknya kepada publik, baik melalui iklan maupun pemberitaan. Pasalnya, peran media massa sangat signifikan dalam memengaruhi opini publik, popularitas calon, serta preferensi pemilih.
Karena itu, lanjutnya, media harus bekerjasama untuk menyalurkan informasi yang benar, terkait parpol, terkait calon, dan lainnya.
"Menurut saya, dari beragam kepentingan yang ada saat ini, ada hal-hal dimana media harus bersatu, yakni mengawal pemilu yang berkualitas, menghadirkan calon-calon yang berkualitas. Dulu, Soeharto jatuh juga karena media bergerak bersama-sama, bersatu,” kata Ade Armando.
Ade Armando mengatakan, seluruh elemen bangsa, termasuk media, harus turut bertanggung jawab atas Pemilu 2014 yang baik dan berkualitas. Pemimpin yang baik hanya bisa dilahirkan dari proses pemilu yang baik dengan pemilihnya yang obyektif dan rasional. Dan, pemilih yang obyektif dan rasional dapat tercapai bila segala informasi yang dibutuhkan pemilih terkait pemilu, termasuk rekam jejak para calon itu disediakan oleh media.
Dulu, kata Ade Armando, kebebasan pers diperjuangkan di Indonesia karena publik percaya perannya vital dan penting dalam demokrasi. Masih ada waktu sekitar satu tahun bagi media untuk menyajikan informasi yang benar dan lengkap tentang para calon kepada publik.
“Coba bayangkan, bagaimana kalau semua media massa bergabung, mengabaikan calon-calon yang tidak berkualitas dan mengawal calon-calon yang berkualitas? Itu pasti bisa,” katanya.
Terpisah, wartawan senior yang juga mantan anggota Dewan Pers Abdullah Alamudi mengatakan, media haruslah memiliki perhatian serius terhadap kualitas hasil Pemilu 2014. Publik harus dituntun untuk memilih calon yang benar-benar berkualitas karena publik tidak bisa menentukan pilihannya secara tepat.
“Tapi, pemilu itu adalah soal konsern kita, konsern media pada calon-calon yang akan tampil itu, itulah yang harus kita tuntun, kita sampaikan,” ujarnya. (sam/jpnn)
Pengamat komunikasi UI Jakarta, Ade Armando mengatakan, sesungguhnya media sangat menentukan kualitas Pemilu mendatang, termasuk kualitas para calon anggota legislatif (caleg) dan calon presiden (capres) yang akan dipilih nantinya.
"Oleh karena itu, idealnya seluruh media bersatu dan bekerjasama untuk mengawal kualitas Pemilu mendatang dengan memberikan informasi yang benar dan layak untuk diketahui publik, tanpa harus menutup-nutupi informasi yang ada, termasuk jejak rekam para caleg dan capres yang ada," ujar Ade Armando dalam diskusi bertema “Kiprah Media Massa Jelang Pemilu 2014” yang digelar The Indonesian Institute Jakarta, Rabu (12/6).
Menurutnya, menjelang Pemilu 2014, media massa menjadi sarana strategis bagi partai politik (parpol) untuk menyampaikan pesan politiknya kepada publik, baik melalui iklan maupun pemberitaan. Pasalnya, peran media massa sangat signifikan dalam memengaruhi opini publik, popularitas calon, serta preferensi pemilih.
Karena itu, lanjutnya, media harus bekerjasama untuk menyalurkan informasi yang benar, terkait parpol, terkait calon, dan lainnya.
"Menurut saya, dari beragam kepentingan yang ada saat ini, ada hal-hal dimana media harus bersatu, yakni mengawal pemilu yang berkualitas, menghadirkan calon-calon yang berkualitas. Dulu, Soeharto jatuh juga karena media bergerak bersama-sama, bersatu,” kata Ade Armando.
Ade Armando mengatakan, seluruh elemen bangsa, termasuk media, harus turut bertanggung jawab atas Pemilu 2014 yang baik dan berkualitas. Pemimpin yang baik hanya bisa dilahirkan dari proses pemilu yang baik dengan pemilihnya yang obyektif dan rasional. Dan, pemilih yang obyektif dan rasional dapat tercapai bila segala informasi yang dibutuhkan pemilih terkait pemilu, termasuk rekam jejak para calon itu disediakan oleh media.
Dulu, kata Ade Armando, kebebasan pers diperjuangkan di Indonesia karena publik percaya perannya vital dan penting dalam demokrasi. Masih ada waktu sekitar satu tahun bagi media untuk menyajikan informasi yang benar dan lengkap tentang para calon kepada publik.
“Coba bayangkan, bagaimana kalau semua media massa bergabung, mengabaikan calon-calon yang tidak berkualitas dan mengawal calon-calon yang berkualitas? Itu pasti bisa,” katanya.
Terpisah, wartawan senior yang juga mantan anggota Dewan Pers Abdullah Alamudi mengatakan, media haruslah memiliki perhatian serius terhadap kualitas hasil Pemilu 2014. Publik harus dituntun untuk memilih calon yang benar-benar berkualitas karena publik tidak bisa menentukan pilihannya secara tepat.
“Tapi, pemilu itu adalah soal konsern kita, konsern media pada calon-calon yang akan tampil itu, itulah yang harus kita tuntun, kita sampaikan,” ujarnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPUD Sebut Puspayoga Aneh
Redaktur : Tim Redaksi