Adian Napitupulu: Mereka Bercerita Sambil Menangis

Rabu, 04 Maret 2020 – 16:31 WIB
Anggota DPR dari PDI Perjuangan Adian Napitupulu. Foto: M Fathra Nazrul/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu ternyata pernah meminjamkan uang senilai Rp 1,8 miliar ke sekretariat jenderal DPR, agar para pekerja kontrak seperti petugas kebersihan dan taman yang ada, dapat merayakan Lebaran bersama keluarga.

"Hidup ini misterius, tidak ada yang bisa tahu tentang masa depan seseorang. Orang katakan perjudian terbesar dimulai ketika engkau dilahirkan. Lucu sebenarnya, 1998 saya (bersama mahasiswa lain) menduduki gedung DPR lewat aksi unjukrasa. Kemudian 2014 saya dilantik sebagai anggota dewan dan malah 2018 saya minjemin duit ke DPR," ujar Adian berbagi pengalaman pada program 'Ngomongin Politik' (Ngompol) yang tayang di JPNN.com, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Adian Napitupulu Pernah jadi Debt Collector

Menurut anggota Komisi I DPR ini, peristiwa tersebut tepatnya terjadi sehari sebelum Lebaran 2018 lalu.

Pagi-pagi saat bangun tidur dan membuka pintu, Adian melihat puluhan pekerja taman, cleaning service dan pekerja outsourcing yang biasa bertugas di DPR, berkumpul di depan rumahnya.

BACA JUGA: Adian Napitupulu: Bagi Saya, Hidup Itu Enggak Usah Dibikin Rumit

Adian dan keluarga diketahui sejak dilantik menjadi anggota DPR 2014 lalu, memilih tinggal di rumah dinas DPR.

"Saya tanya, ada masalah apa? Mereka rupanya mau mengadu. Mereka bilang, 'bang kami belum dibayar gajinya.' Saya tanya Lagi, kenapa enggak dibayar? Karena perusahaan kabur," kata Adian menceritakan dialog dirinya dengan para pekerja outsourcing.

BACA JUGA: Bos Amigos Kemang: Saya Membuat Kesalahan karena Bilang Kami Tutup Sementara

Para pekerja itu menurut Adian, sudah lima hari menduduki kantor perusahaan outsourcing dimaksud. Namun, tidak menyelesaikan persoalan.

"Mereka bercerita sambil menangis. Akhirnya saya telpon Sekjen DPR. Saya tanya, 'bos ini kenapa belum dibayar? Besok lebaran lho. Dia bilang, ini kami coba tagih Bang, tetapi belum ada titik terang. Saya bilang, mereka harus dibayar, karena keuangan perusahaan bukan persoalan pekerja. Hak mereka harus dibayarkan, bahkan sebelum keringat mereka kering," ucap Adian.

Dari perbincangan tersebut, Setjen DPR bersedia menjembatani. Hanya sayangnya tidak ada uang kas. Butuh waktu untuk menganggarkannya.

Adian akhirnya berinisiatif merogoh kantong pribadi, bahkan meminjam uang dari sejumlah teman-teman sesama aktivis yang kini telah berprofesi sebagai pengusaha.

"Saya bilang, ini kan sekitar Rp 1,8 miliar. Kalau saya carikan, kalian bisa bayar kapan? Dijawab sekitar dua hingga tiga bulan. Kemudian saya tanya istri ada duit berapa. Lalu saya telepon semua teman-teman, ada 10-12 orang," katanya.

Menurut salah satu pentolan aktivis 98 ini, teman-temannya percaya ke Adian, meski belum dijelaskan secara detail untuk apa uang tersebut akan dipergunakan.

"Mereka percaya, karena gue mabuk enggak, narkoba enggak, dugem enggak. Persoalan terbesar dalam hidup gue cuma rokok dan kopi. Itu duitnya kami kumpulkan dari jam 10 pagi sampai jam 4-5 sore. Diserahkan langsung dalam bentuk cash, di dalam kardus," katanya.

Adian tidak tahu mengapa para pekerja outsourcing di DPR itu memilih mengadu kepada dirinya. Namun yang pasti, Adian merasa para pekerja tersebut harus dialamatkan.

"Saya juga enggak tahu kenapa terpanggil menolong. Cuma saya ingat-ingat, dalam doa selalu panjatkan, berikan saya berkat buat hari ini dan kehidupan keluarga. Dalam doa juga saya sampaikan, bersedia menjadi berkat dari Tuhan untuk orang lain. Mungkin cara saya menjadi berkat buat masyarakat salah satunya begitu," pungkas Adian. (gir/jpnn)

Adian Napitupulu: Banjir Jakarta Karena Anies Tak Bisa Kerja


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler