Afghanistan Kembali dalam Cengkraman Teror Taliban

Kamis, 01 Februari 2018 – 10:40 WIB
Petugas medis mengangkut korban serangan Taliban di kampus Peshawar Agriculture Training Institute, Jumat (1/12). Foto: Reuters

jpnn.com, KABUL - Amerika Serikat (AS) menggulirkan perang Afghanistan pada 2001 dengan tujuan utama menumpas Taliban. Aksi militer besar-besaran yang didukung negara-negara sekutu AS itu sempat membuat Taliban tiarap.

Tapi, tidak lama. Sejak AS menarik pasukan tempurnya pada 2014, kelompok militan radikal tersebut kembali bangkit. Bahkan, dengan kekuatan berlipat.

BACA JUGA: Nyali Oke, Jokowi Tak Pakai Rompi Antipeluru di Afghanistan

”Sekitar 15 juta penduduk tinggal di area-area yang diduduki Taliban. Di sana Taliban aktif melancarkan serangan.” Demikian bunyi laporan BBC kemarin, Rabu (31/1).

Taliban, menurut media Inggris tersebut, menguasai sekitar 70 persen wilayah Afghanistan. Kehadiran mereka membuat seluruh masyarakat terancam. Terutama separo jumlah total populasi Afghanistan yang bermukim di area yang dikuasai Taliban.

BACA JUGA: Pelaku Industri Sawit Incar Pasar Afrika dan Timur Tengah

Laporan BBC itu jelas dibantah rezim pemerintah yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani. Mereka menegaskan bahwa pasukan pemerintahlah yang berkuasa di seluruh wilayah Afghanistan. Termasuk di berbagai area yang diklaim sebagai sarang Taliban.

Namun, sanggahan tersebut bertentangan dengan fakta yang terjadi. Dalam sebulan terakhir saja, Taliban sudah melancarkan dua serangan mematikan.

BACA JUGA: Pencitraan atau Bukan, Urusan Jokowi dan Tuhan

”Tiap kali melangkah ke luar rumah, saya selalu tidak yakin apakah saya bisa pulang dalam kondisi hidup,” kata Sardar, penduduk Distrik Shindand.

Dia mengatakan bahwa bom bunuh diri, serangan bersenjata, dan teror terjadi hampir tiap hari. Dan, sebagai warga sipil, dia tidak bisa berbuat banyak kecuali berdoa. Sebab, Taliban bisa melancarkan serangan kapan pun dan di mana pun.

Fazila Shahedi, mahasiswi jurusan ilmu politik di salah satu universitas di Kabul, juga membawa kartu darurat ke mana pun saat pergi.

”Saya punya dua. Satu saya simpan di dompet dan yang satu lagi saya kantongi di saku jaket,” ujar perempuan 20 tahun itu.

Dengan demikian, dia tidak perlu khawatir jika salah satu kartu darurat itu rusak atau hilang dalam serangan yang bisa saja menjadikannya korban jiwa.

Dari total 399 distrik yang ada di Afghanistan, memang sekitar 14 saja yang benar-benar diduduki Taliban. Di antaranya, Kota Sangin, Kota Musa Wala, dan Kota Nad-e Ali di Provinsi Helmand.

Namun, kelompok radikal itu merongrong sebagian besar distrik lain di Afghanistan. Secara vulgar, Taliban hadir di 263 distrik yang lain. Sedangkan di sejumlah distrik yang lain, Taliban gencar melancarkan serangan.

”Kami selalu hidup dalam ketakutan. Di mana pun pasukan pemerintah menggempur Taliban, maka di sanalah kami terjebak. Kami hanya bisa diam di tengah baku tembak,” ungkap Amruddin, penduduk Distrik Baharak.

Saking ekstremnya intimidasi Taliban, Mohammad Reza malah mengaku lebih aman bagi warga sipil untuk tinggal di distrik yang dikuasai Taliban. Sebab, jarang ada bentrokan. (hep/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Imami Salat di Afghanistan, Ini Kata Fadli dan Fahri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler