Afrika Minta Barat Kucurkan Rp 9,2 T untuk Penanganan Cacar Monyet

Jumat, 13 September 2024 – 17:13 WIB
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin mengganti nama penyakit monkeypox (cacar monyet) menjadi mpox: Reuters: CDC/Brian WJ Mahy/Handout

jpnn.com, KIGALI - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) membutuhkan dana sebesar 600 juta dolar AS (sekitar Rp 9,2 triliun) untuk menangani penyebaran wabah cacar monyet (monkey pox/mpox) di benua tersebut.

Kebutuhan itu disampaikan Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya pada Kamis (12/9).

BACA JUGA: Menkes Sebut Virus Mpox atau Cacar Monyet Tidak Mengkhawatirkan seperti Covid-19

Saat konferensi pers secara daring, Kaseya meminta negara-negara Barat untuk membantu menutup kekurangan pendanaan tersebut, dengan menekankan pada pentingnya solidaritas.

“Ini adalah saatnya untuk menunjukkan solidaritas yang nyata,” ujarnya. “Kami tidak ingin kembali besok dan mengatakan bahwa kalian lagi-lagi meninggalkan Afrika.”

BACA JUGA: Dinkes Jateng Sebut Penyakit Cacar Monyet di Brebes Masih Dugaan

Dana tersebut diharapkan berasal dari negara-negara anggota Uni Afrika, mitra pembangunan, filantropis, serta sektor swasta.

Menurut data terbaru yang diumumkan oleh CDC Afrika, setidaknya ada 107 kematian baru dan 3.160 kasus baru mpox  yang muncul dalam sepekan terakhir.

BACA JUGA: WHO Tak Mendukung Vaksinasi Massal untuk Lawan Cacar Monyet

Kaseya juga menyampaikan bahwa tingkat pengujian mpox mencapai 52,9 persen, yang menurutnya menunjukkan kurangnya pengujian di seluruh benua.

“Kita tidak bisa hanya bergantung pada kasus terkonfirmasi untuk pengambilan keputusan dan respons,” katanya, menegaskan.

Benua Afrika telah mencatat lebih dari 26.000 kasus dugaan mpox, termasuk 724 kematian sepanjang tahun ini, menurut data CDC Afrika.

Republik Demokratik Kongo menjadi negara yang paling terdampak di kawasan tersebut, dengan mencatatkan lebih dari 4.900 kasus mpox terkonfirmasi dan sedikitnya 620 kematian. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler