jpnn.com, BANDUNG - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik ihwal adanya kasus Mpox atau cacar monyet di Indonesia.
Menurut Budi, kasus monkeypox (Mpox) belum menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Indonesia. Tidak seperti Covid-19 yang pernah melanda pada 2020.
BACA JUGA: Hasil Swab Warga Palembang Diduga Suspek Cacar Monyet Negatif
“Ini tidak mengkhawatirkan seperti Covid-19, kenapa? Karena ini menularnya seperti HIV, hanya menular kelompok tertentu. Jadi, sebenarnya dari sisi penularan kita tidak perlu khawatir,” kata Menkes saat ditemui di Kota Bandung, Rabu (4/9/2024).
Dia menuturkan, kasus ini sebenarnya bukan hal baru karena di seluruh dunia terdapat kasus Mpox dengan varian 2B dan 100 persen sembuh.
BACA JUGA: Roy Suryo Memuji Paus Fransiskus, Lalu Sindir Kaesang dan Erina
Di Indonesia sendiri sudah ada 88 kasus sejak tahun 2022 dan tahun ini ada 14 orang yang terkena Mpox, semuanya bisa sembuh kembali.
Budi menerangkan, yang berbahaya dari virus Mpox ialah adanya varian 1B, di mana bisa menjadi penyebab kematian cukup tinggi dibanding dengan varian 2B.
BACA JUGA: ART di Bandung Cabuli 2 Anak Di Bawah Umur, Modusnya Bikin Geleng KepalaÂ
Sejauh ini, varian tersebut ditemukan di sejumlah negara di Benua Afrika dan sudah masuk ke Asia Tenggara yakni di Thailand.
"Jadi, Mpox itu pernah naik tinggi di pandemi itu 30 ribu, setelah pandemi naik 90 ribu. Habis itu dia flat. Di pertengahan 2023 berhenti itu, naiknya sedikit. Akan tetapi di Agustus naik lagi pandemi, padahal dari 90 ribu ke 100 ribu kecil, itu gara-gara ada varian baru yang 1B ini," paparnya.
Budi menuturkan, Kemenkes juga sudah melakukan antisipasi agar virus ini tidak mudah masuk dan menyebar di Indonesia. Mulai dari penggunaan PCR higga mendatangkan vaksin dilakukan agar Mpox tidak menjangkit banyak masyarakat dalam negeri.
Vaksin akan diberikan kepada mereka yang beresiko tinggi dan tidak harus membayar alias gratis. Namun, vaksin ini juga bisa dibeli bagi mereka yang memang ingin melakukan antisipasi sejak dini. (mcr27/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Nur Fidhiah Sabrina