Agen Federal Buru Toko Penjual Senpi

Yang Dipakai Pelaku Tragedi Connecticut

Senin, 17 Desember 2012 – 11:13 WIB
PENCABUT NYAWA: Adam Lanza yang diduga mengalami gangguan kejiwaan menembaki puluhan anak-anak SD di AS. FOTO: Istimewa
NEWTOWN - Dalam suasana duka di Kota Newtown, agen federal Amerika Serikat (AS) terus mengembangkan investasi terkait kasus penembakan di Sekolah Dasar (SD) Sandy Hook pada Jumat lalu (14/12). Penyelidikan juga diperluas ke seantero Negara Bagian Connecticut kemarin (16/12). Mereka berharap bisa menemukan titik terang atas tragedi yang dilakukan pelaku tunggal, Adam Peter Lanza, 20, itu.

 
Biro Urusan Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak atau ATF (lembaga penegak hukum federal di bawah Kementerian Kehakiman) melanjutkan investigasi untuk menemukan petunjuk soal asal senapan yang dipakai pelaku saat membantai hingga tewas 27 orang, termasuk 20 anak-anak. Sejumlah toko yang menjual senjata api (senpi) dan pusat pelatihan menembak menjadi target investigasi.
 
Sejumlah pertanyaan terkait tragedi di SD Sandy Hook itu menunggu jawaban. Misalnya, apa alasan Nancy Lanza, ibu tersangka, mengoleksi begitu banyak senjata" Lantas, untuk apa saja senjata itu selama ini" Di atas semua itu, apa pula motif pelaku membantai sang ibu maupun anak-anak dan guru di SD Sandy Hook"
 
Sebelum melakukan aksinya di sekolah tersebut, Lanza telah lebih dulu menembak mati sang ibu di rumahnya yang terletak di Yogananda Street. Di rumah yang cukup megah di kota di barat daya Connecticut itulah, selama ini mereka tinggal berdua.
 
Berdasar temuan baru petugas, senjata yang digunakan pelaku adalah senapan semi-otomatis Bushmaster kaliber 223. Senjata tersebut selama ini biasa digunakan dalam kompetisi menembak. Namun, senjata sejenis juga dipakai dalam pembunuhan oleh penembak jitu (sniper) pada 2002 di Washington DC. Dalam kasus Beltway Sniper Attack saat itu, 10 orang tewas dan tiga orang lain luka berat.
 
Tak hanya itu. Di SD yang menjadi lokasi pembantaian, polisi juga menemukan dua pistol jenis Glock 10 mm dan Sig Sauer 9 mm.
 
Seorang pejabat penegak hukum mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyelidiki petunjuk baru yang diyakini bisa mengungkap lebih banyak misteri kasus pembantaian sadis tersebut. Tetapi, pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu menolak merinci.
 
Menurut Jubir ATF Ginger Colburn, sebelumnya tak ada bukti kuat bahwa Lanza bergabung dalam klub senjata atau pernah berlatih menembak. Ketika ditanya temuan terbaru yang diperoleh aparat beberapa jam kemudian, Colburn hanya menjawab singkat. "Kami terus menelurusi semua petunjuk yang terkait individu atau senjata tersebut," kata dia.
 
Dean Price, direktur Wooster Mountain State Range (pusat latihan menembak di Danbury), menuturkan bahwa dua agen ATF mendatangi tempatnya pada Jumat malam.  Mereka lantas memeriksa daftar nama ribuan orang yang pernah berlatih di sana. Pemeriksaan berlangsung hingga Sabtu dini hari.
 
"Saya tidak pernah menjumpai nama Adam atau Nancy Lanza di sini. Dua agen ATF itu juga bilang bahwa mereka tidak menemukan nama keduanya dalam daftar kami," terangnya.
 
Para penegak hukum mengakui bahwa mereka belum menemukan catatan atau manifesto seperti yang pernah didapat dalam kasus pembantaian Virginia Tech pada 2007. Saat itu, 33 orang tewas dalam pembantaian tersebut.
 
Namun. Informasi datang dari keterangan Dan Holmes, penata kebun di rumah Nancy Lanza, terkait soal koleksi senjata sang ibu. "Hobinya adalah senjata," ujar Holmes. "Dia (Adam Lanza) begitu terobsesi dengan menembak," tambahnya.
 
Holmes menyatakan bahwa Nancy beberapa kali pernah mengajak Adam Lanza ke tempat latihan menembak untuk mengajarinya. Dengan keterangan tersebut, tidak heran jika Lanza ternyata tidak canggung menggunakan senjata.
 
Mantan adik ipar Nancy, Marsha Lanza, berdalih bahwa koleksi senjata itu hanya untuk berjaga-jaga. "Senjata itu hanya persiapan jika terjadi hal terburuk," tuturnya.
 
Seluruh korban penembakan di SD Sandy Hook tewas akibat tembakan senapan serang. Wayne Carver, dokter yang memimpin penyelidikan kasus tersebut, menjelaskan bahwa hampir semua korban ditembak dalam jarak yang berdekatan dan lebih dari sekali. Bahkan, beberapa korban tertembus 11 peluru.
 
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama dijadwalkan berkunjung ke Newtown Minggu waktu setempat atau hari ini WIB (17/12). Selain menemui para keluarga korban penembakan, Obama akan menyampaikan terima kasih kepada petugas gawat darurat atas respons mereka dalam tragedi itu. "Presiden juga akan berbicara dalam acara doa bersama pada pukul 19.00," kata Jubir Gedung Putih Jay Carney.
 
Pada Jumat lalu, Obama juga menyuarakan keprihatinan dan bela sungkawa. Dengan nada emosional, Obama lantas bertekad untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah terulangnya kejadian serupa.
 
"Jantung kita benar-benar tersayat saat ini (Jumat lalu, Red). Sebab, mayoritas korban adalah anak-anak berusia 5-10 tahun," kata Obama sambil beberapa kali menghapus air matanya dalam pidato singkat di Gedung Putih saat itu. (AP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Tiongkok, 22 Siswa SD Jadi Korban Penusukan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler