Di Tiongkok, 22 Siswa SD Jadi Korban Penusukan

Minggu, 16 Desember 2012 – 07:11 WIB
BEBERAPA saat sebelum insiden penembakan di sebuah sekolah dasar (SD) di Negara Bagian Connecticut, Amerika Serikat (AS), Jumat lalu (14/12) waktu setempat, serangan terhadap anak-anak juga terjadi di Tiongkok. Seorang pria bersenjata pisau menyerang sebuah SD di Kota Xinyang, Guangshan County, Provinsi Henan, yang berjarak sekitar 880 kilometer selatan Beijing.

Sebanyak 22 siswa dan seorang warga desa luka akibat serangan senjata tajam tersebut. Tak lama kemudian, polisi meringkus pelaku yang bernama Min Yingjun, 36, warga desa setempat, itu. Seluruh korban dilarikan ke tiga rumah sakit terdekat. Meski terluka, kondisi mereka tidak sampai membahayakan nyawa.

Liu Qingdong, kepala humas pemerintah Guangshan, menuturkan bahwa Min menyerang para siswa Chenpeng Village Primary School sekitar pukul 07.40 waktu setempat (pukul 08.40 WIB). Sejauh ini belum diketahui motif di balik serangan itu. Polisi kini masih memeriksa tersangka secara intensif.

Sumber di rumah sakit Guangshan menuturkan bahwa awalnya pelaku menyerang seorang perempuan paro baya yang juga warga desa setempat. Lalu, serangan itu berlanjut dan meluas kepada siswa sekolah sebelum polisi meringkus si pelaku. Tiongkok menyiagakan aparat keamanannya di berbagai wilayah setelah terjadi banyak aksi penusukan dalam dua tahun belakangan ini.

Sumber itu menambahkan bahwa meski tidak ada korban jiwa dalam serangan itu, sembilan anak harus menjalani rawat inap karena luka-lukanya. ’’Dua orang di antaranya terluka cukup serius dan harus dipindahkan ke rumah sakit di luar kota karena membutuhkan peralatan medis lebih yang baik,’’ tuturnya.

Pengumuman yang diunggah melalui situs pemerintah Guangshan juga membenarkan jumlah korban luka. Dalam pengumuman itu, disebutkan bahwa sebuah tim tanggap darurat telah dibentuk untuk menyelidiki insiden tersebut.

Para korban adalah anak-anak berusia antara 6-11 tahun. Belum diketahui bagaimana mereka terluka dalam serangan tersebut. Begitu mendengar serangan itu, para pengguna internet mengecam lewat microblogging. ’’Sedang turun hujan di Guangshan saat ini,’’ tulis Li Kai, reporter Dahe Daily.
 
’’Tuhan pasti menangis buat anak-anak yang tidak berdosa. Saya benar-benar tidak habis pikir mengapa tersangkanya begitu berdarah dingin.’’

Insiden itu merupakan kali kelima pria bersenjata pisau menyerang warga dan siswa sekolah secara membabi buta. Tetapi, tak pernah terungkap motifnya. Berbagai serangan atas siswa sekolah di Tiongkok itu menewaskan 20 orang dan melukai lebih dari 50 lainnya pada 2010.

Kasus terakhir justru terjadi pada Agustus lalu. Saat itu, seorang pria bersenjata pisau menerobos ke dalam sebuah sekolah menengah di Kota Nanchang, selatan Tiongkok, dan menikam dua siswa sebelum akhirnya kabur.

Sebelumnya, mantan dokter bernama Zheng Minsheng menusuk delapan anak hingga tewas dan melukai lima orang lain di depan sebuah SD di Nanping, Provinsi Fujian, selatan Tiongkok, pada 23 Maret 2010.

Yang Jiaqin, seorang dokter yang mengalami gangguan jiwa, menggunakan pisau untuk membunuh bocah delapan tahun dan nenek 80 tahun serta melukai tiga anak lainnya di depan SD di Hepu County, Provinsi Guangxi Zhuang, pada April 2010. Dalam insiden tersebut, dua orang dewasa juga terluka.

Di bulan yang sama, Wang Yonglai, 45, seorang warga desa di Kota Weifang, Provinsi Shandong, timur Tiongkok, menerobos ke dalam sebuah taman kanak-kanak (TK) dan menyerang murid-murid dengan martil. Serangan tersebut melukai lima anak. Pelaku kemudian membakar dirinya sendiri dan tewas akibat luka parah yang dideritanya.

Hampir semua pelaku kekerasan itu adalah pria berusia 30 hingga 40-an tahun. Yang Yongchao, psikolog pada No. 8 People"s Hospital di Kota Zhengzhou, mengungkapkan bahwa para pelaku diduga tidak puas dengan kehidupan pribadi mereka dan pesimistis dalam menyongsong masa depan.

Menurut Yang, sebagian besar pelaku marah terhadap lingkungannya karena usaha mereka untuk memperbaiki kehidupan gagal. ’’Para pelaku mengalami frustrasi berat,’’ tuturnya.

Chen Wei, pengacara pada Yingke Law Firm di Beijing, yang secara khusus menangani kasus anak dan perempuan, membeber bahwa banyak sekolah di Tiongkok tidak punya sistem pengamanan memadai untuk melindungi para siswa. Ini terutama terjadi di pedesaan atau wilayah miskin.

’’Banyak sekolah tidak memiliki petugas keamanan atau penjaga di gerbang masuk. Padahal, itu amat penting untuk melindungi siswa,’’ ujarnya. ’’Para pelaku yang marah, dalam beberapa kasus, ingin mencari perhatian masyarakat dengan menyerang anak-anak. Sebab, merekalah kelompok lemah dan tidak bisa melawan,’’ paparnya.

Jika seseorang bermasalah dengan tetangganya, lanjut Chen, dia bisa saja membalas dendam dengan melukai anak rivalnya itu. Pada pelaku lain, jika merasa diperlakukan tidak adil, mereka biasanya nekat melakukan tindakan yang gila demi mendapatkan perhatian. (AP/xinhua/chinadaily/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Para Guru yang Mengorbankan Diri Dalam Penembakan di AS

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler