Agresif Isi Pasar Buah Lokal

Rabu, 17 Oktober 2012 – 07:52 WIB
SURABAYA- perusahaan perkebunan agresif mengisi pasar buah lokal sebagai kesiapan menghadapi serbuan impor. Terutama untuk buah konsumsi menengah ke atas yang kebanyakan diisi oleh produk impor. Ke depan, sembari menjajaki pasar, perusahaan akan fokus memilih buah lokal yang permintaannya tinggi.

Seperti yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dengan mengembangkan beraneka ragam buah. Di antaranya, pisang, pepaya, jeruk, anggur, melon, alpukat, manggis, durian, dan nanas. Secara total, sampai sekarang produksi buah perusahaan perkebunan pelat merah itu mencapai 1.417 ton.

"Angka itu naik tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ke depan, kami perkirakan akan meningkat seiring masuknya masa produksi," kata Kepala Bagian Budidaya Kayu dan Tanaman Semusim PTPN XII Yus Martin pada Jawa Pos kemarin (16/10).

Selain jenis tersebut, perusahaan juga mengembangkan buah lain seperti manggis, sirsat, jambu air, kelengkeng dan buah naga. Diperkirakan tahun depan siap memasuki masa produksi.

"Saat ini kami masih melakukan penjajakan dengan mengembangkan beragam buah, tapi nanti akan kita pilih jenis buah untuk dikembangkan dalam skala besar. Kalau sekarang produksi masih terbatas, nah dengan fokus buah tertentu maka volume produksi akan semakin banyak," ucapnya.

Sejak setahun lalu, produksi buah di bawah pengelolaan PTPN XII dengan merek Rolas sudah mengisi pasar modern. Dipilihnya pasar modern karena dari segi kualitas dan harga memang menyasar pada segmen menengah ke atas.

"Hampir 50 persen kami pasok untuk kebutuhan pasar modern terutama di Surabaya dan Sidoarjo, seperti Carrefour, Giant, Hero dan Total Buah. Sisanya, dipasarkan ke kota-kota lain melalui distributor, termasuk ekspor ke Singapura khususnya melon," urainya.

Sejalan dengan pemberlakuan Tanjung Perak sebagai pintu masuk produk hortikultura impor, lanjut dia, tidak akan menyurutkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis buah. Malah, menurut dia, pasar buah lokal makin terbuka lebar.

"Bagi kami, itu merupakan peluang. Apalagi di jatim belum banyak yang membudidayakan hortikultura secara besar. Kebanyakan masih berupa perkebunan rakyat," tandas dia.

Untuk mengembangkan bisnis hortikultura itu, PTPN XII memanfaatkan lahan seluas 1.000 hektar. Antara lain tersebar di Banyuwangi, Jember, Situbondo, Lumajang, Malang dan Kediri. "Secara bertahap sampai sepuluh tahun ke depan kami akan menambah lahan hingga mencapai 3.000 hektar," tandas dia.

Secara terpisah, Kepala Bidang Budidaya Hortikultura Dinas Pertanian Jatim Sita Ratih Purwandari mengatakan untuk mendongkrak kualitas buah lokal, pihaknya mendorong perkebunan rakyat untuk mengembangkan varietas unggulan. "Seperti jeruk keprok batu 55 di Dau Kabupaten Malang dan mangga garifta di Pasuruan," jelasnya.

Menurut dia, kalau buah lokal dikelola sedemikian rupa maka tidak sulit untuk bersaing dengan buah impor. Yakni, mulai dari budidaya, pengemasan sampai pendistribusian ke pasaran. "Untuk itu kami memacu penerapan standar yang dapat menjamin mutu produk. Dengan demikian, tidak hanya mengisi pasar lokal, tapi mampu diterima di pasar internasional," tutur dia. (res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tekan Kebocoran Pajak, Sistem Harus Disempurnakan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler