Agum: Sudah Tua, Dewasalah!

Selasa, 18 Desember 2012 – 08:02 WIB
JAKARTA-Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) harus bisa memanfaatkan waktu tiga bulan yang diberikan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) secara maksimal.

Ego kedua belah pihak harus dihilangkan. Semua itu dilakukan demi kepentingan sepakbola nasional. 

’’Waktu diberikan FIFA kepada kita sampai Februari, jadi masih 3 bulan. Idealnya ini dijadikan peluang kedua belah pihak dengan menyadari bahwa apabila kisruh ini berketerusan semuanya tidak ada yang diuntungkan,’’ ucap mantan Ketua Komite Normalisasi (KN) Agum Gumelar di sela-sela penandatanganan kerjasama bantuan beasiswa putra-putri Pepabri dan bantuan kredit usaha antara Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (Pepabri) dan Bank Mayapada di kantor DPP Pepabri, Jakarta, kemarin.

Anggota Task Force atau Tim Gugus yang dibentuk pemerintah itu menegaskan, Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin dan Ketua KPSI La Nyalla Mattalitti harus menanggalkan berbagai kepentingan demi kepentingan lebih besar. Keduanya harus meninggalkan sikap "aku benar kau salah, kau salah aku benar" dengan duduk bersama dan hati bersih. Keduanya harus menyadari bahwa kisruh sepakbola nasional akibat sikapnya.

Ketua Umum DPP Pepabri ini juga mengingatkan bahwa peluang yang diberikan berdasarkan Rapat Komite Eksekutif (Exco) FIFA di Tokyo Jepang Jumat (14/12) lalu, merupakan lampu kuning bagi sepakbola nasional. Jika keduanya mampu menumbuhkan tekad positif, saling menghargai, saling mengerti dan duduk bersama demi kepentingan sepakbola nasional, maka tenggat waktu yang diberikan tidak menjadi masalah. Indonesia lepas dari sanksi FIFA.

Sebaliknya, jika keduanya tetap melakukan blunder dengan tetap keukeuh pada egonya masing-masing, maka lampu merah dari FIFA tidak akan terhindarkan. Pemerintah juga dimungkinkan akan turun langsung untuk menyelesaikannya.

"Ini peluang. Kalau dua-duanya mau meninggalkan ego tidak usah tiga bulan, seminggu pun selesai. Tetapi kalau 3 bulan yang diberikan tidak bisa juga, dikasih lagi 3 bulan, kasih lagi setahun. Eh tidak bisa juga, saya rasa harus ada sikap tegas dari pemerintah," kata dia.

Namun ia menggarisbawahi bahwa langkah itu diambil sebagai jalan terakhir. Asumsinya, lanjut Agum, publik sudah sedemikian muak dengan kisruh PSSI dan KPSI sehingga menggantungkan harapan agar pemerintah bersikap tegas. Apalagi sepakbola sebagai bagian dari olahraga merupakan aset nasional. Kalau sampai aset nasional berantakan, tentu pemerintah tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Ditambahkan lebih jauh, dengan penundaan sanksi yang dijatuhkan FIFA maka tugas Task Force yang dibentuk Kemenpora sudah selesai. Meski ia belum sepenuhnya yakin apakah waktu yang diberikan FIFA akan digunakan secara maksimal oleh PSSI dan KPSI hingga ada hasil nyata dari keduanya.

Ia lantas menyindir bahwa Djohar Arifin dan La Nyalla adalah orang dewasa, usia yang semestinya bisa mengambil sikap dewasa pula dalam menyelesaikan masalah. ’’Sudahlah, Pak Djohar kan sudah dewasa, La Nyala sudah dewasa. Orang sudah tua-tua gitu kok. Dewasalah dalam bersikap. Harapan saya begitu (selesai), tapi wallahu"alam,’’ pungkas Agum. (tro/lis/abd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PSSI-KPSI Diminta Konsisten Satukan Liga

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler