jpnn.com - TAPTENG – Demam batu akik belum usai. Cerita agak aneh ini datang dari M Sinaga, warga Desa Tolang Jae, Kecamatan Sayur Matinggi,Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumut.
Suatu hari, tanpa disengaja ketika hendak pulang ke rumahnya, M Sinaga menemukan buah salak berwarna merah di jalan. Buah salak merah itu kemudian dikutip dan diperhatikan sejenak.
BACA JUGA: Ertiga Masuk Jurang, Satu Nyawa Melayang
Dan, dia menggit buah salak itu, bukannya lembut, melainkan keras. "Kubersihkan kulit arinya dan ketika saya coba menggigitnya, bukan main kagetnya, karena gigi saya hampir copot akibat kerasnya buah salak itu," ujar M Sinaga kepada New Tapanuli (grup JPNN).
Guna memastikannya, kembali buah salak itu dikunyah dengan kuat, tetapi tetap sama saja keras. Karena bentuknya seperti buah asli salak dan tanpa mengolah atau menggosok lagi batu itu kemudian dibuatkan gagang. Tak disangka, sekilas mirip sebuah cincin batu akik.
BACA JUGA: Polisi Tangkap Pengganda Film Dewasa, Ratusan VCD dan DVD Bajakan Disita
“Ini sungguh ajaib bagi saya dan baru pertama kali aku temukan buah salak berubah menjadi batu yang bentuk dan warnanya tidak berubah dari aslinya," ujarnya lagi.
Menurut orang-orang yang melihat buah salak itu, benda itu adalah mestika buah salak. "Mendengar ucapan orang–orang itu makanya saya buatkan gagangnya tanpa harus menggosok lagi. Itulah anehnya batu buah salak itu,“ ucapnya.
BACA JUGA: Ini Calon Kuat dari PAN
Dia menambahkan, buah salak ajaib itu sampai sekarang sudah ada tiga bulan di tangannya.
Menurut orang pintar bahwa mestika buah salak itu sangat cocok dibawa berdagang, termasuk dagang buah salak. Rejeki akan berlimpah secara perlahan–lahan tapi pasti.
Selain itu sudah banyak orang yang menawarnya dengan harga dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Karena merupakan batu ajaib, ucapnya, dirinya tidak berniat menjualnya kepada siapa pun.
“Ini menjadi sejarah dan kenangan bagi saya dan keluarga nantinya,” pungkasnya. (Ap/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diusir Saat Berzikir, Ada yang Pingsan
Redaktur : Tim Redaksi