Ahli Epidemiologi: Sampai Pilpres 2024 Pandemi Ini Belum Berakhir

Kamis, 29 Juli 2021 – 16:09 WIB
Ahli epidemiologi sekaligus akademisi dan peneliti dari Lembaga Ahlina Institute, dr Tifauzia Tyassuma. Foto tangkapan layar YouTube Hersubeno Point

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hampir dua tahun memporak-porandakan segala sisi kehidupan di tanah air. Semua sektor terdampak parah pagebluk ini. Lantas muncul pertanyaan kapankah pandemi ini akan berakhir? 

Ahli epidemiologi sekaligus akademisi dan peneliti dari Lembaga Ahlina Institute, dr Tifauzia Tyassuma menyebutkan hingga masa jabatan Presiden Joko Widodo berakhir, pandemi ini belum akan usai. 

BACA JUGA: Ahli Epidemiologi Sebut PSBB Ala Anies Lebih Efektif daripada PPKM Darurat, Bubarkan KPC PEN!

"17 bulan yang lalu, waktu itu saya katakan, kalau melihat sifatnya pandemi ini berlangsung antara 18 -24 bulan. Artinya akan berhenti di akhir tahun 2022," kata Tifauzia dalam kanal Hersubeno Point di YouTube, Kamis (29/7).

Namun prediksi itu harus direvisi lagi. Hal ini merujuk pada kondisi terakhir di tanah air, di mana varian baru dari India dan lainnya mengamuk di berbagai daerah.

BACA JUGA: Ahli Epidemiologi UI: Saya Terpaksa Mengatakan Pak Erick Thohir Berbohong

"Namun masalahnya kan sekarang virus ini bermutasi. WHO sudah menegaskan adanya varian-varian baru, seperti Alpha, Delta, dan lainnya. Dan, itu sudah menjangkiti penduduk kita," tegasnya.

Menurutnya, penamaan varian baru dari WHO merupakan sinyal bahwa virus corona ini akan terus melakukan mutasi. Bahkan, hingga varian Omega, yakni huruf terakhir alfabet Yunani. 

"Artinya kalau kita cerdas ini sebuah sinyal dari WHO kalau virus ini akan bermutasi terus hingga Omega. Berarti harus kita revisi lagi ini kapan pandemi berakhir," ujarnya lagi.

Tifauzia bukannya menakut-nakuti, karena melihat kondisi saat ini angka kematian di Indonesia yang sangat mengkhawatirkan. Ditambah lagi angka kasus yang pecah rekor beberapa kali.

"Makanya ini saya ingatkan ke Kemenkes mohon hati-hati menyikapi angka Case Fatality Rate (CFR) ini," tuturnya.(esy/jpnn


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler