jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengungkapkan pemikiran cendikiawan muslim almarhum Nurcholish Madjid atau akrab disapa Cak Nur telah memberikan sumbangsih yang besar dalam menguatkan moderasi beragama di Indonesia.
Bahkan menurutnya, pemikiran Cak Nur masih relevan untuk diterapkan hingga saat ini.
BACA JUGA: LKPMB Indonesia: Moderasi Beragama Kerja Bersama Seluruh Anak Bangsa
"Beliau bukan hanya guru untuk kalangan Islam, tapi juga buat bangsa. Saya adalah aktivis mahasiswa dari kelompok nasionalis, tapi saya dan kawan-kawan Kelompok Cipayung lainnya berguru pada almarhum Cak Nur semasa hidupnya," kata Ahmad Basarah dalam dialog kebangsaan yang digelar Universitas Paramadina bekerja sama dengan BPIP di Jakarta, Senin (18/10).
Dalam dialog yang diselenggarakan secara virtual itu, Ahmad Basarah memberi apresiasi yang tinggi kepada Universitas Paramadina yang terus konsisten menyemai pemikiran Cak Nur.
BACA JUGA: Syaiful Huda: Intelektual PMII Berperan Menguatkan Gerakan Moderasi Beragama
Menurut Basarah, rektor dan seluruh akademisi Universitas Paramadina tentu punya kewajiban moral untuk membentuk generasi muda yang moderat yang cocok dengan Keindonesiaan kita.
"Calon pemimpin masa depan harus terus menjaga moderasi agama dan moderasi kesukuan," kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu dalam webinar dengan tema 'Pancasila dan Penyemaian Spirit Moderasi Beragama di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia' itu.
BACA JUGA: Pemuda Katolik Diminta Memperkuat Moderasi Beragama
Basarah juga menegaskan konsep universalisme Islam yang selalu disuarakan Cak Nur sangat mengakomodasi kebhinnekaan bangsa Indonesia.
"Di dalam konsep ini termuat seruan agar semua umat beragama, terutama umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia, bersikap toleran, menjunjung perdamaian, menghargai keberagaman, serta mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Inilah moderasi beragama itu," tegasnya.
Sekretaris Dewan Penasihat Baitul Muslimin Indonesia itu menyebut, dalam bahasa Arab moderasi dikenal dengan kata 'wasath' atau 'wassathiyyah' yang berarti tengah-tengah, adil, dan berimbang.
"Dari sinilah moderasi beragama dipahami sebagai cara beragama seseorang, yang selalu memilih jalan tengah, tidak ekstrem, baik kanan maupun kiri, atau tidak berlebihan saat menjalani ajaran agamanya," jelas Basarah.
Penulis buku 'Bung Karno, Islam dan Pancasila' itu juga menilai dalam titik tertentu moderasi pemikiran Cak Nur sejalan dengan moderasi pemikiran Bung Karno dan para pendiri bangsa lainnya.
Contohnya saat merumuskan Pancasila, para pendiri bangsa dari golongan Islam menunjukkan jiwa besar mereka ketika bersedia mengubah sila pertama dari semula berbunyi 'Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' menjadi 'Ketuhanan Yang Maha Esa'.
"Sikap moderat para alim ulama pendiri bangsa itu harus ditiru oleh generasi sekarang," tegas Basarah.
Basarah berharap pemikiran besar Cak Nur tentang kesadaran kebhinekaan Indonesia bisa dilanjutkan oleh pemuda dan mahasiswa saat ini, termasuk mahasiswa dan akademisi Universitas Paramadina.
Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini menambahkan sejak mahasiswanya pertama kuliah sampai selesai selalu diperdengarkan Keislaman yang sejuk, moderat, dan menghormati teman-teman mereka yang berbeda agama.
"Sekarang ada 4 ribu mahasiswa belajar di Universitas Paramadina. Selama belajar di Paramadina, mereka harus mempraktikkan moderasi beragama yang semua itu sesuai dengan ideologi Pancasila," jelas Didik. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi