KABUL - Menjelang penarikan seluruh tentara Amerika Serikat (AS) dari bumi Afghanistan pada 2014 mendatang, sejumlah insiden terjadi dan dilakukan personel militer Negeri Paman Sam. Kali ini, seorang tentara AS dilaporkan melakukan pembantaian terhadap warga sipil Afghanistan. Sedikitnya, 15 warga sipil tewas setelah seorang tentara AS menyerang permukiman dan menembak penghuni rumah di dua desa di Provinsi Kandahar, selatan Afghanistan, dini hari kemarin (11/3).
Insiden penembakan itu bisa mempertajam sikap anti-AS di kalangan warga Afghanistan dan terjadi beberapa pekan setelah berlangsung pembakaran kitab suci Alquran oleh tentara Negeri Paman Sam. Pada 22 Februari lalu, sejumlah serdadu AS membakar Alquran di Pangkalan Bagram. Aksi ini menyulut kemarahan luas di Afghanistan.
Selain protes dan unjuk rasa anti-AS, terjadi sejumlah serangan yang menewaskan 30 orang. Enam tentara AS pun dilaporkan tewas terbunuh dalam sejumlah serangan oleh serdadu Afghanistan sejak terjadi pembakaran Alquran tersebut.
Insiden yang membawa aib kemarin terjadi di dua desa di Distrik Panjwai, Provinsi Kandahar. Desa Alkozai dan Balandi tersebut hanya terletak sekitar 500 yard (sekitar 450 meter) dari pangkalan militer AS.
Di pangkalan itulah, tentara tersebut bertugas. Warga desa sempat menunjukkan kepada fotografer Associated Press 15 jenazah korban penembakan tentara AS. Di antara korban, terdapat anak-anak dan perempuan. Beberapa jenazah hanya ditutupi selimut.
Menurut Asadullah Khalid, wakil pemerintah Provinsi Kandahar dan juga anggota tim investasi insiden tersebut, penembakan terjadi sekitar pukul 03.00. Abdul Baqi, warga Desa Alkozai, bertutur bahwa tentara AS itu mendatangi tiga rumah yang berbeda dan melancarkan tembakan secara membabi-buta.
"Saat itu, suasana gelap. Terdengar suara tembakan. Setelah terhenti sejenak, ada tembakan lagi," katanya.
Seorang penduduk Alkozai malah menyebutkan bahwa 16 orang tewas saat tentara AS itu memasuki tiga rumah berbeda dan melepaskan tembakan dengan senapan laras panjang. Ahmad Jawed Faysal, Jubir Pemprov Kandahar, mengungkapkan bahwa 10 hingga 16 orang menjadi korban dalam serangan itu. "Hari ini (kemarin, Red) sekitar pukul 03.00 seorang tentara AS keluar dari pangkalan dan menembaki warga," ujarnya.
Meskipun tidak menyebut jumlah korban, seorang jubir Pasukan Bantuan Keamanan Internasional atau ISAF (pasukan koalisi di Afghanistan) membenarkan insiden itu. "Seorang tentara meninggalkan pangkalan pada Minggu dini hari dan melancarkan tembakan. Lalu, dia kembali ke pangkalannya dan ditahan," tutur jubir yang tak bersedia diungkapkan identitasnya itu.
ISAF menyesalkan insiden tersebut dan menyampaikan permintaan maaf serta duka cita kepada keluarga korban. "USFOR-A (Pasukan AS-Afghanistan, yang bekerja sama dengan otoritas setempat, akan menyelidiki insiden tersebut dan merilis informasinya segera," lanjutnya.
Gubernur Kandahar Tooryalai Wesa membenarkan soal penembakan masal di wilayahnya. "Insiden itu memang terjadi. Ada sejumlah korban tewas dan luka. Tapi saya belum tahu detilnya," ucapnya lewat telepon.
Sejumlah helikopter berputar-putar di udara Alkozai di Disrik Panjwai saat perwakilan kantor gubernur tiba di lokasi untuk mengecek. Setelah insiden penembakan itu, dilaporkan terjadi demonstrasi di Panjwai. Kedutaan Besar AS telah memperingatkan warganya yang ada di Kandahar untuk berhati-hati dengan kemungkinan serangan balasan.
Khalid, wakil pemerintah Provinsi Kandahar, mengaku melihat 16 jenazah. Jumlah itu sesuai dengan laporan dari warga desa.
Samad Khan, petani asal Desa Balandi, membeberkan bahwa 12 korban tewas berasal dari desanya. Bahkan, dia kehilangan 11 anggota keluarganya, termasuk perempuan dan anak-anak, dalam insiden tersebut. Khan tidak berada di rumah saat penembakan terjadi. Saat kembali, dia telah menemukan seluruh anggota keluarganya tidak bernyawa. Seorang tetangganya juga tewas.
"Ini jelas tidak manusiawi dan anti-Islam," katanya. "Agama manapun di dunia tidak membenarkan seseorang membunuh anak-anak dan perempuan," lanjutnya. Dia pun menuntut Presiden Afghanistan Hamid Karzai menghukum pelakunya. "Kalau tidak, kami yang akan bertindak. Dia harus diserahkan kepada kami," ujarnya.
Sayed, warga Desa Alkozai, menyebut rumahnya juga termasuk target penyerangan. "Rumah saya diserang dan saya kehilangan empat anggota keluarga," tuturnya.
Jubir NATO Justin Brockhoff menyebut bahwa seorang tentara AS telah ditahan setelah diduga menjadi pelaku penembakan. Tidak diungkapkan identitas tentara tersebut. Sedangkan korban sudah dievakuasi ke rumah sakit NATO.
Wakil Komandan Pasukan NATO di Afghanistan Letnan Jenderal Adrian Bradshaw meminta maaf atas terjadinya insiden itu. "Salah seorang tentara kami dilaporkan telah membunuh dan melukai sejumlah warga sipil di desa dekat pangkalannya. Saya tak bisa menjelaskan motif di balik aksi itu, tetapi akan diambil tindakan," tegasnya.
Penembakan itu menambah daftar aksi memalukan dan aib yang dilakukan oleh tentara AS di Afghanistan. Selain membakar Alquran, tentara AS dilaporkan juga membakar beberapa benda keagamaan di sebuah pangkalan militer di Kabul.
Pemerintah AS telah meminta maaf atas insiden itu dan menyatakan bahwa pembakaran tersebut adalah tindakan yang tidak disengaja. (AP/AFP/RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Buronan Setelah Bacok Hakim dan Polwan
Redaktur : Tim Redaksi