Airlangga Hartarto Punya Uak Pemberani, Namanya Diabadikan di Sukabumi

Kamis, 10 Februari 2022 – 21:31 WIB
Menko Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Foto: Source for JPNN.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto punya uak atau pakde yang pemberani. Namanya Letkol Sukardi yang dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan dari Jawa Barat.

Sejarah mencatat Letkol Sukardi
merupakan tokoh penting dalam Pertempuran Bojong Kokosan di Sukabumi pada 9 Desember 1945.

BACA JUGA: Seluruh Mesin Politik Golkar di Riau Fokus Promosikan Airlangga

"Pertempuran 9 Desember 1945 di Bojongkokosan yang dipimpin oleh Letkol Eddy Sukardi ditetapkan sebagai Hari Juang Siliwangi," kata Airlangga Hartarto saat berbincang santai dalam silaturahmi bersama tokoh adat Sunda di Jakarta, Kamis (10/2).

Pertempuran Bojong Kokosan pecah setelah para pejuang kemerdekaan RI berupaya melawan Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA) yang membonceng pasukan Sekutu.

BACA JUGA: Rahasia Persatuan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia (4)

Kini, sosok Letkol Sukardi diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Sukabumi, Jawa Barat.

Airlangga mengungkapkan bahwa penetapan Hari Juang Siliwangi merupakan upaya untuk menghormati jasa uaknya. "Ini ditetapkan pada 2004," sebutnya.

BACA JUGA: Airlangga Pasang Target Ini untuk BRI, Angkanya Cukup Fantastis

Letkol Sukardi berjasa selama masa perang kemerdekaan RI. Saat menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR dengan pangkat Letnan Kolonel, Eddy Sukardi memimpin perang terhadap pasukan sekutu yang dipimpin Inggris di sepanjang jalur Bojongkokosan, Sukabumi – Cianjur.

Dalam pertempuran yang terjadi Desember 1945 – Maret 1946, Eddy dan pasukannya berhasil membuat tentara Inggris, dan pasukan Gurkha kocar-kacir.

Banyak serdadu yang gugur. Sebanyak 150 kendaraan tempur, termasuk tank Sherman, kendaraan tempur legendaris dalam Perang Dunia II, hancur.

Kerugian itu membuat parlemen Inggris marah, apalagi banyak korban jiwa dari pihak mereka. Peristiwa itu dikenal sebagai Palagan Bojongkokosan.

Selepas perang, Eddy sempat menjadi panglima di Kalimantan. Dia mengakhiri kariernya ketentaraannya pada 1957 dengan pangkat kolonel.
Pada 5 September 2014, Eddy meninggal dunia di Bandung. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler