jpnn.com, JAKARTA - Peneliti utama politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Lili Romli menilai kepemimpinan Airlangga Hartarto lemah jika dibandingkan dengan Bambang Soesatyo alias Bamsoet.
Hal itu terlihat dari kegagalan Airlangga memimpin Partai Golkar, sedangkan Bamsoet cenderung berhasil menakhodai DPR RI.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Dianggap Tabrak Sejumlah Aturan AD/ART Golkar
Lili menyadari belakangan ini kandidat kuat calon ketua umum Golkar berada pada Airlangga dan Bamsoet. Keduanya, menurut Lili, punya basis dukungan.
"Bambang sudah membuktikan ketika kepemimpinan di DPR ini mampu ternyata. Dia dari bawah karirnya, dari media massa, pengusaha, aktivis, terus masuk politik, kemudian puncak sekarang ketua DPR dan ketua DPR banyak terobosan. Penilaian DPR positif tadinya terpuruk. Peluang dia menjadi saingan berat Airlangga," kata Lili di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (21/7).
BACA JUGA: Indra Bambang Utoyo Ramaikan Bursa Calon Ketum Golkar
BACA JUGA : Jokowi Kalah di Basis Golkar, Airlangga Berpotensi Tak Kantongi Restu Jadi Ketum Lagi
Sementara Airlangga secara kepemimpinan terlihat lemah ketika mengelola Golkar dengan menurunnya suara partai dan berkurangnya kursi di DPR.
BACA JUGA: Penilaian Effendi PDIP soal Airlangga Vs Bamsoet di Bursa Calon Ketum Golkar
Bahkan, kata dia, Airlangga juga terlihat tidak menunjukkan kinerjanya sebagai menteri perindustrian.
Penurunan suara Golkar dan berkurangnya kursi di parlemen, kata Lili, berbanding terbalik dengan NasDem yang notabene pecahan partai berlambang beringin itu.
NasDem secara suara dan perolehan kursi di parlemen naik signifikan dibanding Pemilu 2014.
"Memang terlalu low profile Pak Airlangga ini, memimpin partai enggak bisa. Sebagai partai besar kan harus menunjukkan juga hasil kepemimpinan yang menunjukkan partai besar. Dia kan low profile saya lihat. Itu bisa jadi kemudian faktor-faktor titik lemah dia," jelas dia.
BACA JUGA : Penilaian Effendi PDIP soal Airlangga Vs Bamsoet di Bursa Calon Ketum Golkar
Lili melihat Airlangga tidak banyak tampil dan melahirkan terobosan selama memimpin Golkar.
Airlangga selama dua tahun memimpin Golkar, kata Lili, terlihat datar dan bahkan tak mampu mengonsolidasikan kekuatan partai.
"Memang yang tepat memang dicari tokoh bisa mempersatukan. Sekarang tantangan untuk kepemimpinan Golkar itu dua. Pertama, mengembalikan kepercayaan kepada Golkar yang terpuruk dirundung konflik terus pecah. Sekarang turun suaranya gimana gitu bisa lanjut. Kedua bisa mempersatukan di antara faksi yang ada. Silakan peserta (caketum) itu bersaing," jelas Lili. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawrence Siburian Sebut DPP Golkar Pengin Rombak Struktur Kepengurusan Jelang Munas
Redaktur & Reporter : Natalia