jpnn.com - PERUSAHAAN penyedap rasa asal Jepang, Ajinomoto.co mengembangkan teknologi pendeteksi kanker yang diberi nama Amino Index Risk Screening atau AIRS. Rilis resmi Ajinomoto Co., Inc.-Jepang menyatakan AIRS memanfaatkan teknologi asam amino.
Berdasarkan sejarah panjang penelitian Ajinomoto diketahui bahwa keseimbangan konsentrasi asam amino dalam darah berubah untuk menunjukkan tingkat kesehatan seseorang.
BACA JUGA: Beasiswa Ajinomoto, Yuk Kuliah S2 di Jepang
Hal ini kemudian mengarah ke pengembangan teknologi pemeriksaan kanker praktis, yang bisa meningkatkan kemungkinan pendeteksian bila digabungkan dengan tes pemeriksaan lainnya.
Penggunaan teknologi ini pun diyakini Ajinomoto akan mempermudah dokter dan pasien dalam pencegahan dan mampu mendeteksi kanker. Nantinya, dokter akan mengambil darah pasien sebanyak 5 ml setiap pemeriksaan.
BACA JUGA: Ajinomoto Beri Bantuan untuk Korban Gempa Sulteng
Darah itulah yang lalu diperiksa menggunakan teknpologi asam amino. Teknologi AIRS dinilai mampu mendeteksi kanker perut, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker pankreas, dan kanker prostat pada pria.
Sedangkan pada perempuan, alat ini akan memeriksa kanker perut, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker pankreas, kanker payudara, dan kanker rahim atau ovarium.
BACA JUGA: Rayakan 110 tahun, Ajinomoto Gelar World Umami Forum
Pemeriksaan kesehatan secara rutin telah menjadi tren di masyarakat, termasuk di negara Jepang. Kondisi inilah yang dinilai Ajinomoto membuat usia masyarakat Jepang lebih panjang.
"Di Jepang, pemeriksaan massal diberikan kepada setiap siswa di sekolah, karyawan di kantor, serta setiap orang dalam sistem perawatan kesehatan universal komunitas dan pemerintahan setempat," ujar PR Communication Ajinomoto Yayah Hoeriyah dalam keterangan persnya.
Di negara lain, pemeriksaan kesehatan sering kali hanya diminta oleh mereka yang secara khusus mementingkan kesehatannya, sedangkan di Jepang, ini merupakan suatu aturan.
Hasilnya pun bisa dilihat dari GDP negara Jepang. Setiap tahunnya, Jepang hanya menghabiskan 10% dari GDP negara dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menghabiskan 17%.
Semakin rendah GDP negara terkait kesehatan, maka semakin sehat masyarakat sebuah negara tersebut. Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Daeng M Faqih, pemeriksaan kesehatan memang harus ditingkatkan di tengah masyarakat, khususnya Indonesia.
Melalui pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan, masyarakat akan bisa mengantisipasi dan mendeteksi penyakit-penyakit berbahaya, seperti kanker.
“Kita harus mendorong masyarakat untuk melek terhadap pemeriksaan kesehatan. Jangan sampai baru terasa sakit, barulah mendatangi dokter. Sebaik-baiknya adalah pencegahan dari pada penanggulangan,” tutupnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Percaya Mitos Hoaks tentang MSG
Redaktur & Reporter : Natalia