Ajukan Kredit, Jangan Sampai Salah Kalkulasi dan Justru Menyusahkan

Senin, 28 Januari 2019 – 05:25 WIB
Mengajukan kredit harus cermat. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, SAMARINDA - Hidup berkecukupan dengan memiliki rumah, perabot lengkap, hingga kendaraan pribadi, merupakan dambaan banyak keluarga.

Tak jarang beberapa keluarga mengajukan kredit. Namun diingatkan agar jangan asal. Tidak sembarangan. Agar nantinya tak jadi masalah. Perlu edukasi serta tak salah kalkulasi. Merasa memiliki pendapatan berlebih, mengajukan kredit pun tak dianggap masalah.

BACA JUGA: Pembelaan Andre Gerindra soal Prabowo Ajukan Kredit ke BI

“Kesempatan untuk kredit barang-barang memang ada,” kata Saida Zainurossalamia, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mulawarman, Samarinda, Kaltim.

Beberapa orang berani mengajukan kredit saat ada tambahan pendapatan. Misal adanya insentif, tunjangan atau bonus bulanan. Nah, perlu dipahami bahwa hal itu bisa saja tidak rutin tiap bulan. Saida menceritakan soal guru yang kredit sepeda motor. Sebab, setiap bulan ada tunjangan sertifikasi guru.

“Ternyata pada bulan tertentu tidak lancar (pencairan tunjangan). Mengakibatkan terhambatnya pembayaran kredit, utang sana-sini,” jelasnya.

BACA JUGA: Arif Budimanta Merespons Kritik Prabowo Soal Utang

Oleh sebab itu, Saida mengimbau agar benar-benar dihitung secara matang. Khususnya bagi keluarga, perlu komunikasi antar-pasangan. Saat memutuskan untuk mencicil barang, pastikan barang itu benar-benar dibutuhkan.

Sebab tak jarang, dalam keluarga khususnya istri tergiur membeli perabot atau perlengkapan dapur. Oleh sebab itu, Saida mengatakan lebih baik jika suami istri sama-sama memiliki pendapatan. Umumnya pasangan yang baru menikah, memiliki rumah sendiri adalah harapan.

BACA JUGA: Kredit Bankaltimtara Tembus Rp 13,72 Triliun

Melakukan kredit pemilikan rumah (KPR) dikatakan Saida salah satu kewajiban. Jika berkeinginan mengajukan kredit lainnya, perlu perhitungan. Dijelaskan, dari total 100 persen pendapatan, 60 persen dialokasikan untuk kewajiban.

“Seperti beli kebutuhan pokok sehari-hari, bayar listrik, air hingga pendidikan anak. Kemudian 20 persen untuk kesehatan dan sisanya lain-lain,” jelas Saida.

Saat hendak mengajukan kredit, pastikan kredit yang sebelumnya sudah mau selesai. Misal tersisa dua atau tiga bulan cicilan lagi. Sehingga tidak menambah beban lagi. Di antara kredit jangka panjang dan pendek, Saida lebih memilih jangka pendek.

“Sebenarnya kurang lebih saja. Semakin lama waktunya, semakin untung yang menyediakan kredit itu. Lebih baik yang jangka waktunya sebentar. Agar tidak jadi beban juga,” tambah sekretaris Program Studi Manajemen FEB Unmul itu.

Asalkan pendapatan memang sesuai. Sebelum mengajukan kredit, hitung dengan pasti jangka waktu cicilan dan pendapatan. Jangan sampai salah kalkulasi dan justru menyusahkan.

“Melakukan kredit, berarti ada pendapatan yang berkurang. Misal ada yang mesti dihemat. Harus benar-benar dihitung,” ungkap Saida. Jadi, penting untuk mengetahui pengeluaran bulanan.

Cerdas dalam membelanjakan uang. Penting bagi tiap keluarga untuk menghitung keuangan dan evaluasi tiap bulan.

“Kalau untuk tabungan, itu kesepakatan. Tiap bulan berapa disisihkan,” kata Saida. Akan lebih baik jika memiliki tabungan khusus. Baik suami atau istri sepakat menyisihkan uang dan menyetor ke tabungan tersebut. Tidak diutak-atik.

Semua kembali ke masing-masing pribadi, baik suami atau istri. Bagaimana manajemen keuangan itu yang utama. Sehingga neraca keuangan keluarga tetap stabil.

Saida menegaskan agar suami istri saling terbuka dalam hal keuangan. Terbuka mengenai mengajukan kredit hingga pendapatan masing-masing.

Percuma mengajukan kredit jika ternyata komunikasi tidak terbuka. “Itu yang utama. Jujur dan evaluasi tiap bulan,” pungkasnya. (gel/riz/rom/k16)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Index Target Salurkan Kredit Rp 85 Miliar di Makassar


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
kredit   Utang  

Terpopuler