Akademisi Ingatkan Pembangunan Harus Sejalan dengan Konservasi Lingkungan

Selasa, 10 Agustus 2021 – 20:36 WIB
Ketua DPP LDII sekaligus Guru Besar IPB, Sudarsono. Foto: dok, pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor Sudarsono mendukung penuh upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melepas sejumlah satwa yang dilindungi kembali ke habitat aslinya.

“Kami menyambut baik langkah KLHK itu, pelepasan satwa yang dilindungi merupakan angin segar yang menggembirakan dan ditunggu-tunggu para pemerhati isu korservasi alam di Indonesia dan di dunia,” ujar Sudarsono dalam siaran persnya, Selasa (10/8).

BACA JUGA: Hari Keragaman Hayati, Perusahaan Limbah Urus Konservasi Elang Jawa

Menurut salah satu Ketua DPP LDII itu, yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah cara agar satwa yang dilindungi dan dilepasliarkan itu jadi lestari.

“Untuk itu perlu kerja sama yang baik antara semua pemangku kepentingan terkait,” ungkap Sudarsono.

BACA JUGA: Semangat Konservasi Alam dan Lingkungan Indonesia Sang Profesor

Sebab, pembangunan yang dilaksanakan di berbagai negara termasuk Indonesia, kerap terjadi benturan antara memelihara alam atau pertumbuhan ekonomi.

“Keduanya bisa sejalan, bila semua pemangku kepentingan duduk bersama, sehingga pembangunan tak mengakibatkan kerusakan pada alam, sebagai wujud pembangunan berkelanjutan,” imbuh Sudarsono.

BACA JUGA: KLHK Lanjutkan Kebijakan PEN dengan Tingkatkan Peran Masyarakat ke Agroforestri

Gun Gun Hidayat selaku pemerhati masalah lingkungan dari Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM-KLHK mengatakan pentingnya mencari solusi atas konflik antara satwa liar dan manusia, akibat pembangunan ataupun pertambahan populasi manusia.

“Keberhasilan dalam mencari pemecahan dan resolusi konflik yang muncul akibat pelepasan satwa yang dilindungi menjadi keniscayaan untuk menjamin keberhasilan pelestariannya,” ujarnya.

Atus Syahbudin selaku akademisi dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, pandemi Covid-19 menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya tanaman herbal, untuk membantu meningkatkan imunitas.

“Tanaman-tanaman obat warisan leluhur banyak yang diabaikan, kini diburu kembali,” ujar dia.

Menurut Atus, masyarakat kini memburu herbal nusantara seperti kunyit, jahe, temulawak, kencur, sambiloto, kayu manis, dan meniran.

Minuman kesehatan tradisional juga banyak dicari saat pandemi seperti wedang secang dan wedang uwuh dengan komposisi rimpang jahe, serutan secang, serutan kayu manis, cengkih, daun pala, serai atau daun jeruk dengan tambahan gula batu atau gula aren.

“Selain itu Sarabba, minuman khas Sulawesi yang mengandung jahe, kuning telur, santan, gula aren, dan bubuk lada. Di Jakarta ada bir pletok yang terbuat dari kapulaga, secang, cengkeh, jahe, kayu manis, buah pala, dan serai,” ungkap Atus yang juga anggota Departemen LISDAL DPP LDII. (cuy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler