jpnn.com, JAKARTA - Presiden Jokowi meminta agar masyarakat berdamai dengan Covid-19. Pernyataan Jokowi itu mendapat respons beragam dari masyarakat.
"Berhubung ini bukan bagian dari ilmu pasti, seperti jatuhnya benda ke bawah, bermacam-macam pemahaman itu wajar-wajar saja. Hal ini adalah sifat dari ilmu-ilmu sosial," kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Asep Saefuddin kepada JPNN.com, Selasa (19/5).
BACA JUGA: Update Corona 19 Mei: Jumlah Pasien Sembuh Tidak Lebih Baik dari Kemarin
Menurut dia, damai berarti keadaan tidak panik alias tenang sehingga seseorang bisa memandang sesuatu secara objektif.
Tidak dipengaruhi terlalu berlebihan oleh emosi negatif (hawa nafsu) dan pengalaman masa lalu.
BACA JUGA: Corona Makin Berat Dilawan, PSBB Diperpanjang
Dengan ketenangan itu seseorang siap menjalankan protokol-protokol kesehatan dan kebiasaan dalam menghadapi Covid-19.
"Damai tidak berarti mengajak virus untuk bersalaman sehingga tidak merasa perlu mengikuti protokol kesehatan dan sosial. Kalau itu bukan damai, tetapi menantang. Covid-19 akan leluasa menyerang manusia secara masif," ujar rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini.
BACA JUGA: Menag Ungkap Kajian BIN tentang Salat Idulfitri, Isinya?
Dia melanjutkan, dalam ilmu perang ada pepatah "dekatlah dengan teman, bahkan dengan musuh harus lebih dekat lagi".
Dengan demikian kita bisa mempelajari sifat dan perilaku musuh, dalam hal ini musuhnya adalah Covid-19. Dengan berdamai maka masyarakat akan tahu dan mempraktikkan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan pribadi dan masyarakat.
Berperilaku PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) seperti mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker harus menjadi kebiasaan. Begitu juga ketika ke luar harus melakukan jarak fisik dan sosial.
Perilaku pribadi dan masyarakat ini mau tidak mau harus dilakukan untuk menghindari transmisi Covid-19 sehingga bisa menyetop penyebarannya.
Selain PHBS, Asep menyarankan sebaiknya makan dan minum yang ditengarai akan meningkatkan imunitas.
Indonesia termasuk negara kaya dengan rempah-rempah yang sudah terbukti sejak lama bisa memperkuat daya tahan tubuh.
Dengan demikian, imunitas diri naik yang tentu akan meningkatkan imunitas kelompok atau herd immunity.
Bila banyak orang dalam sebuah komunitas itu punya daya imun yang tinggi, maka herd immunity-nya akan tinggi.
Secara teori, bila herd immunity di atas 90%, itu akan memudahkan eradikasi penyakit menular, termasuk akibat Covid-19 ini.
Untuk meningkatkan herd immunity, bila sudah ada vaksin, tentu dilakukan vaksinasi. Upaya ini disebut aktif imunisasi.
Adapun minum rempah-rempah dan bahan lainnya yang diduga bisa meningkatkan daya imun itu bersifat imunisasi pasif karena tidak langsung terhadap penyakit tertentu.
Umumnya civitas akademika suatu kampus sudah kebal (imun) terhadap jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh makanan jajanan di sekitar kampus. Mungkin awalnya ada beberapa mahasiswa baru yang terjangkit tetapi lama kelamaan, mereka pun kebal.
"Herd immunity civitas akademika di atas 95% atau hanya 1 orang yang terjangkit penyakit dari 20 orang di komunitas itu," ucapnya.
Dalam hal ini, lanjut Asep, herd immunity dibangkitkan dengan kebiasaan makan yang ada di situ. Kasarnya kita sedang melakukan vaksinasi alami tanpa bayar alias vaksinasi gratis.
Akan tetapi konsep immunity ini tentu tidak bisa diterapkan pada kasus Covid-19. Mengapa? Karena efeknya sangat berbahaya, yakni kematian.
Kekebalan seseorang harus dibayar dengan banyak kematian. Dan bahkan bisa menyebabkan Covid-19 terus menjalar yang sulit dihentikan sebelum ada vaksin.
"Supaya terjadi kekebalan masal atau herd immunity maka mau tidak mau kita lakukan PHBS dan social distancing secara sungguh-sungguh, disiplin, dan taat," tegasnya.
Tidak perlu dipertentangkan dari manapun konsep itu datang. Inilah yang disebut berdamai. Artinya semua harus bersatu supaya energi kita tidak habis oleh pertentangan.
"Ingat percekcokan itu akan menurunkan daya imun kita. Dan inilah yang disenangi Covid-19. Jadi, bila kita ingin segera bebas dari Covid-19, syaratnya adalah disiplin dan bersatu. Tanpa itu, Covid-19 sulit hilang dari Indonesia. Jangan sampai terjadi," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad