jpnn.com, JAKARTA - Direktur Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) Tri Edhi Budhi Soesilo mengingatkan tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan dengan tiga pilar yang harus ditegakkan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
"Tentu tidak mudah, butuh komitmen serius untuk melaksanakannya. Bukan sekadar narasi verbal," ujar Budhi dalam diskusi Environmental Talk yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-8 SIL UI di Jakarta, Rabu (24/7)
BACA JUGA: Forestra 2024 Segera Digelar, Harmonisasi Pertunjukan Orkestra di Tengah Hutan
Budhi mengatakan, Indonesia adalah negara mega biodiversity yang memiliki keanekaragaman hayati paling kaya di dunia. Ini adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
"Kita harus meningkatkan kolaborasi dan sinergi berbagai pemangku kepentingan agar Indonesia tidak menjadi bancakan negara besar," terangnya.
BACA JUGA: Mengunjungi Kelawi, Desa Brilian Hijau yang Terus Berinovasi di Bidang Lingkungan
Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Catur Endah Prasetiani mengungkapkan, melalui program Perhutanan Sosial pemerintah membuka akses ebih luas untuk keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan.
Catur mengatakan, Perhutanan Sosial berdampak positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
BACA JUGA: Begini Strategi LPCK Mewujudkan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan
"Perhutanan sosial juga berdampak pada makin guyubnya masyarakat. Kasus ilegal logging dan perambahan juga bisa dikurangi. Selain itu, konflik lahan pun bisa diselesaikan," terangnya.
Catur juga menyatakan pengelolaan hutan tetap harus memperhatikan kearifan lokal.
Menurut dia, banyak contoh praktik kearifan lokal yang berdampak pada keberlanjutan pada Hutan Adat. Contohnya, Hutan Adat Ammatoa Kajang, Sulawesi Selatan dan Hutan Adat Depati Karo Jayo Tuo, Jambi.
Head of Partnership and Engagement APP Group Trisia Megawati mengatakan pihaknya memiliki program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) sebagai bentuk kolaborasi dengan masyarakat untuk keberlanjutan pengelolaan hutan.
"Sudah ada 441 DMPA yang melibatkan 350 UMKM dan 135 kelompok pemberdayaan perempuan. Untuk penerima manfaatnya sudah mencapai 87.500 orang," kata dia.
Trisia menjelaskan program DMPA berperan penting dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan, perlindungan keanekaragaman hayati serta pencegahan perambahan dan deforestasi.
Melalui DMPA, masyarakat mendapat pendampingan untuk pertanian terintegrasi ramah lingkungan sekaligus melakukan upaya pencegahan. Masyarakat pun mendapat manfaat berupa peningkatan pendapatan.
Menurut Trisia, program DMPA telah mendapat berbagai penghargaan termasuk dari Program Kampung Iklim (Proklim) KLHK.
"Melalui Proklim, desa DMPA binaan APP Group ikut berkontribusi dalam aksi mitigasi perubahan iklim bahkan mendapatkan penghargaan Kampung Lestari ," kata Trisia. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad