jpnn.com, JAYAPURA - Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) Papua, Laus Deo Calvin Rumayom meminta kasus dugaan korupsi yang menyeret Lukas Enembe ditangani dengan hati-hati.
Pasalnya, Lukas sebagai Gubernur Papua berada dalam komunitas masyarakat yang pernah mengalami trauma, pengalaman sakit hati, dan tidak percaya kepada negara.
BACA JUGA: Lukas Enembe Bukan Kepala Suku Besar di Papua!
“Sehingga kalau terjadi kasus korupsi seperti ini, harus dijelaskan kepada masyarakat, bahwa perkara ini tidak ada hubungannya dengan soal pelanggaran HAM, tetapi murni kasus penyalahgunaan kewenangan,” ujar Laus dalam siaran persnya, Sabtu (8/10).
Ketua Analisis Papua Strategis itu menjelaskan apabila isu soal jemput paksa tidak disertai dengan penjelasan, maka masyarkat akan memiliki kesimpulan sendiri.
BACA JUGA: Lukas Enembe Pernah Trauma, Negara Harus Hati-Hati
Hal tersebut berdampak pada aparat penegak hukum yang kesulitan melaksanakan penindakan kepada Lukas Enembe.
Dia juga meminta KPK menjelaskan apa masalah sebenarnya sehingga tidak bisa menangkap atau menahan Lukas Enembe.
BACA JUGA: Tokoh Pemuda Papua Minta Masyarakat Tak Intervensi Kasus Lukas Enembe
“Persoalan Gubernur Papua ini adalah masalah bersama. Kami tidak boleh biarkan Bapak Lukas sendiri, tidak boleh biarkan Pemerintah Provinsi Papua ini sendiri, tidak boleh biarkan KPK bergerak sendiri, TNI-Polri bergerak sendiri,” imbau Laus.
Dirinya melihat ada pelajaran berharga yang dapat dipetik dari peristiwa ini, yaitu pendekatan antropologis, pendekatan filosofis, dan pendekatan partisipatif.
Kepada Lukas Enembe, Laus berpesan dapat mengikuti jejak Nelson Mandela yang menjadi contoh bagi negara-negara demokrasi di dunia.
Nelson Mandela setelah 27 tahun mendekam dalam penjara, dia tetap menyerukan perdamaian dan pengampunan bagi lawan-lawan politiknya.
Nelson Mandela juga dikenang sebagai tokoh politik yang berani memberikan pengampunan kepada Apartheid. Karena dengan pengampunan itulah, Afrika Selatan kini menjadi bangsa yang besar, bangsa yang dihargai, bangsa yang bermartabat.
“Gubernur sebagai pemimpin Papua harus bisa mengampuni dirinya sendiri, mengampuni rakyatnya, mengampuni pihak-pihak yang menghakimi dirinya. Karena dengan mengampuni, dia akan mendapatkan pahalanya, mendapatkan apa yang menjadi haknya,” ujar Laus. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tokoh Adat Papua Minta Lukas Enembe Membuka Diri dan Terima Panggilan KPK
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan