Akankah turnamen Australia Terbuka 2021 menjadi turnamen terakhir bagi Serena Williams, setelah dia kalah telak dari Naomi Osaka 3-6, 4-6 sehingga memupuskan harapannya menjadi juara grandslam ke-24?
Inilah yang sekarang menjadi pertanyaan besar di kalangan media dan pecinta tenis melihat kekalahan Serena dari Naomi di depan tujuh ribu penonton tersebut membuat Serena menangis dalam jumpa pers.
BACA JUGA: Mendekam di Penjara Berkeamanan Tinggi, Pria Australia Rencanakan Serangan
Serena ditanya apakah ini akan menjadi turnamen terakhirnya dan sambil menangis meninggalkan ruang jumpa pers.
Di usia 39 tahun Serena sedang mengejar target penting karena dia sudah menjadi juara 23 kali di turnamen Grand Slam, hanya terpaut satu dari prestasi petenis Australia Margaret Court.
BACA JUGA: Kurir Pengantar Makanan di Sydney Dipecat Karena Sempat Protes soal Upah
Banyak yang menduga bila Serena bisa mencapai hal tersebut dan bahkan melampauinya, maka tidak akan ada lagi petenis yang bisa mencapai hal serupa di masa depan.
Namun di tengah pandemi COVID-19, faktor usia, dan banyak munculnya petenis muda, usaha Serena Williams semakin berat dan melihat kekalahannya di semifinal, akankah ini meniadi pertimbangannya untuk mundur?
BACA JUGA: Politisi Perempuan di Jepang Tidak Boleh Bicara di Rapat Dewan Partai
Osaka sudah pernah menjadi juara Grand Slam tiga kali yaitu dua kali di Amerika Serikat Terbuka tahun 2018 dan 2020 dan di Australia Terbuka tahun 2019.
Di final yang kontroversial di tahun 2018, Osaka mengalahkan Serena dalam pertandingan dua set, di mana Serena sempat mendapatkan hukuman pengurangan angka dari wasit karena dianggap mendapatkan bantuan dari pelatihnya.
Karenanya dalam pertandingan semifinal hari Kamis (18/2/2021) diduga akan berlangsung sengit.
Namun ternyata berakhir berat sebelah dengan beberapa wartawan melihat Osaka dengan "lugas" menghancurkan perlawanan Serena. Photo: Serena Williams plays a backhand return against Naomi Osaka in the Australian Open semi-finals in Melbourne on February 18, 2021. (AAP: Dave Hunt)
Osaka sendiri mengaku sebelum pertandingan dirinya merasa waswas sebelum pertandingan karena takut akan kalah telak dari Serena.
Naomi sempat tertinggal 0-2 di set pertama.
"Selalu menjadi kehormatan bila bertanding melawannya," kata Osaka sesuai pertandingan karena Serena adalah petenis idolanya sejak kecil.
"Saya hanya ingin melakukan yang terbaik.
"Saya banyak melakukan kesalahan sendiri di game-game awal karena saya takut di awal pertandingan itu," kata Osaka yang menjadi petenis ketiga di dunia yangp pernah mengalahkan Serena Williams dua kali.
Dua petenis lainnya adalah kakak Serena Venus Williams dan petenis Amerika Serikat lainnya Jennifer Capriati.
Serena Williams sendiri sebelumnya sudah pernah tujuh kali menjadi juara di Australia Terbuka, dengan turnamen terakhir yang dimenangkannya adalah di tahun 2017.
Petenis Amerika Serikat ini kemudian berhenti sebentar karena melahirkan dan kembali bermain lagi di tahun 2018 untuk mengejar gelar grandslam ke-24.
Namun di masa itu muncul pemain-pemain lain yang bergantian menjuarai 4 turnamen grandslam di dunia: Australia, Wimbledon, Prancis Terbuka dan AS Terbuka.
Selain Osaka mereka yang pernah menjadi juara adalah Ash Barty (Australia), Sofia Kenin (AS), Bianca Andreescu (Kanada), Iga Swaitek (Polandia), Simona Halep (Rumania), Garbine Muguruza (Spanyol), Jelena Ostapenko (Latvia) dan Sloane Stephens (AS).
Hari Sabtu malam bila bukan Osaka yang menjadi juara di Australia untuk kedua kalinya, maka akan ada juara baru karena finalis lainya adalah petenis Amerika Serikat Jennifer Brady.
Brady pernah kalah dari Osaka di semifinal AS Terbuka tahun 2020 dan di semifinal kemarin, Brady mengalahkan petenis Ceko Karolina Muchova dalam pertandingan tiga set, 6-4, 3-6, 6-4. Masih didominasi Federer, Nadal dan Djokovic Photo: Novak Djokovic sudah menjuarai turnamen Australia Terbuka sebanyak delapan kali. (AP: Andy Brownbill)
Kalau di tunggal putri Serena Williams sendiri pernah sangat dominan, maka di tunggal putra ada tiga serangkai Roger Federer, Rafael Nadal dan Novak Djokovic yang sudah berusia di atas 30 tahunan yang bergantian menjadi juara grandslam.
Sudah muncul banyak pemain muda dalam beberapa tahun terakhir namun belum ada yang bisa menembus dan menjuarai turnamen grandslam secara teratur.
Di luar tiga orang tersebut baru Dominic Thiem dari Austria yang menjadi juara AS Terbuka di tahun 2020.
Di Australia tahun ini, Federer tidak datang dengan alasan cedera yang dialaminya belum sembuh benar.
Novak Djokovic sebagai unggulan pertama sudah memastikan maju ke final setelah mengalahkan petenis yang maju dari babak kualifikasi petenis Rusia Aslan Karatsev.
Semula diduga lawannya di final adalah Rafael Nadal, namun petenis Spanyol ini sudah terhenti di perempat final dalam pertandingan lima set melawan petenis Yunani Stefanos Tsitsipas, salah satu petenis muda yang dianggap akan mendominasi tenis di masa-masa mendatang.
Di semifinal hari Jumat malam, Tsitsipas akan bertanding melawan petenis Rusia Daniil Medvedev yang sebelumnya kalah di final dari Thiem di AS Terbuka di New York.
Akankah Djokovic menjadi juara untuk kesembilan kalinya di Melbourne Park dan tetap menjadi kekuatan dominan dari tiga serangkai selama beberapa tahun ke depan mengingat usia petenis Serbia ini yang baru 33 tahun?
Komentator televisi Jim Courier yang pernah menjadi petenis nomor satu dunia mengatakan Djokovic masih berpeluang bermain tenis sampai seusia Federer sekarang 39 tahun bila dia tidak mengalami cedera yang serius.
Kalau Djokovic tidak berhasil juara, maka bagi Tsitsipas atau Medvedev mungkin akan menjadi pintu pembuka untuk menjadi juara grandslam pertama kalinya.
Bila itu terjadi mereka mungkin akan menjadi generasi berikutnya yang mendominasi nomor tunggal putra. Penjaga garis digantikan kamera Photo: Akankah petugas penjaga garis di pertandingan tenis tidak akan digunakan lagi di masa depan? (Reuters: Geoff Burke)
Biasanya pertandingan sekelas grandslam ini dihadiri oleh begitu banyak penonton karena memang menghadirkan petenis-petenis kelas dunia.
Menyusul adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020, turnamen grandslam Wimbledon di London dibatalkan sementara Prancis Terbuka di Paris dan AS Terbuka di New York tidak dihadiri oleh penonton.
Ketika dimulai dua minggu lalu Melbourne Park didatangi penonton walau dalam jumlah yang terbatas.
Namun dalam situasi yang tidak menentu, pemerintah negara bagian Victoria kemudiian tiba-tiba menerapkan lockdown selama lima hari karena munculnya kasus baru.
Dengan begitu pertandingan masih bisa dilanjutkan namun penonton dilarang hadir.
Setelah pembatasan lima hari berakhir, pertandingan masih berlangsung dan memasuki babak penting yaitu semifinal dan final, penonton diizinkan kembali hadir walau dengan kapasitas hanya 50 persen dari tempat duduk.
Di lapangan sendiri hal yang baru adalah tidak ada lagi petugas penjaga garis yang biasanya hadir untuk membantu wasit untuk menentukan apakah bola masuk atau keluar.
Tugas mereka sekarang digantikan oleh kamera dan tentu saja dengan akurat bisa menentukan arah bola.
Masih belum jelas apakah kamera akan digunakan permanen di turnamen-turnamen grandslam selanjutnya.
Hal yang positif menurut sebagian orang adalah bahwa tidak ada lagi persengketaan antara pemain dengan wasit karena kesalahan yang dilakukan oleh penjaga garis yang hanya mengandalkan mata untuk menentukan.\
Hal yang juga berubah untuk mencegah penularan virus COVID-19 adalah para pemain tidak lagi boleh meminta pemungut bola untuk membawakan handuk di sela-sela pertandingan.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Naomi Osaka Permalukan Serena Williams di Semifinal Australian Open 2021