JAKARTA - Wartawan senior, Albert Kuhon menilai, para penguasa hanya dekat dengan pers ketika pemimpin negara itu baru menduduki jabatanyaNamun, ketika diujung pemerintahanya, pers dianggap musuh.
"Hubungan antara media dengan penguasa ada naik turunnya
BACA JUGA: September, Moratorium PNS Dimulai
Pada saat penguasa baru naik, dia (presiden) sangat dekat dengan pers," kata Albert saat diskusi bertajuk Pers Indonesia di Warung Daun, Cikini, Sabtu (6/8).Menurut Albert, fenomena kedekatan pers dengan penguasa tidak hanya terjadi pada pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhotono (SBY) sekarang ini
Pada Tahun 1965 kata Albert, ketika Indonesia dipimpin presiden Soeharto, hubungan penguasa saat itu sangat dekat dengan pers
BACA JUGA: Proyek RS di Unair Berbau Nazaruddin
Begitu juga, zaman Presiden BJ Habibie, begitu dia memimpin Indonesia terjadi peningkatan jumlah media dari ratusan mencapai ribuan."Namun diujung pemerintahannya, pers Indonesia dianggapnya sudah kebablasan
BACA JUGA: Jumlah Honorer yang Diangkat Tak Lebihi yang Pensiun
Demokrat juga awalnya sangat mesra," jelasnya.Dikatakan Albert, hubungan pers dengan penguasa tidak selamanya mesra dan itu bukan hanya di Indonesia saja terjadi tetapi juga di Amerika, era kepemimpinan Barack Hosein Obama.
"Ini bukan hanya di Indonesia, di Amerika juga sama seperti iniObama saat baru naik mengatakan tolong beri informasi, tapi 3 bulan setelah keterbukaan publik, Afganistan dan Guantanamo jangan terlalu diberitakan," tandasnya(kyd/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bea Cukai Diminta Percepat Pengurusan Perangkat e-KTP
Redaktur : Tim Redaksi