BACA JUGA: Jumlah Honorer yang Diangkat Tak Lebihi yang Pensiun
Namun, kali ini Dudung bersaksi untuk terdakwa Mindo Rosalina Manulang.Dari keterangannya terungkap, sebenarnya proyek yang dikerjakan PT DGI atas bantuan Nazaruddin bukan hanya wisma atlet, namun beberapa proyek rumah sakit daerah juga dimenangkan perusahaan konstruksi swasta itu atas campur tangan Nazaruddin
"Proyek rumah sakit infeksi di Surabaya (RS Penyakit Tropis Infeksi di Unair) senilai Rp 400 miliar apakah melalui Pak Nazaruddin?" tanya Djufri di depan sidang kemarin
BACA JUGA: Bea Cukai Diminta Percepat Pengurusan Perangkat e-KTP
"Selain itu pembangunan rumah sakit Adam Malik (Sumatera Utara), juga melalui Nazaruddin bukan?" imbuhnya dengan nada tegas.Dengan pandangan menerawang, Dudung pun menjawab dengan nada lemah, "Iya betul." Pria asal Surabaya itu pun mengaku bahwa semua proyek yang diperoleh PT DGI dari Nazaruddin hampir semuanya didapatkan Mohammad El Idris, sang manager marketing yang juga berstatus terdakwa.
Djufri sebenarnya masih ingin mencecar Dudung dengan proyek-proyek lain yang dikerjakan PT DGI, tapi majelis hakim yang dipimpin Suwidya pun mengeremnya karena sidang kemarin hanya difokuskan untuk menggali keterangan terkait kasus suap wisma atlet
Sebelumnya, dalam sidang suap wisma atlet dengan tersangka Mohammad El Idris juga terungkap bahwa Idris hendak memberikan fee kepada Rosalina atas pemenangan proyek RSUD Prof Haryono di Ponorogo
BACA JUGA: Basrief Buka Peluang SP3-kan Kasus Sembilan Kada
Dudung pun mengakui bahwa kemenangan perusahaan yang dipimpinnya untuk membangun rumah sakit daerah Jatim itu juga atas bantuan Nazaruddin.Kepada majelis hakim, Dudung akhirnya mengakui perkenalannya dengan Nazaruddin sudah berlangsung sejak 2009 silamMenurutnya, Idris-lah yang memperkenalkannya dengan mantan Bendum Partai Demokrat ituPertemuan pertama tersebut berlangsung di kantor PT Anugerah Group (Anugerah Nusantara) di kawasan Tebet, Jakarta.
Dicecar tentang pemberian fee kepada beberapa pihak, Dudung pun mengatakan bahwa pemberian semacam dana untuk orang-orang yang berjasa dalam pembangunan proyek-proyek pemerintahan merupakan hal yang lumrah dan biasa"Dalam bisnis ini (konstruksi) biasanya kami dikenalakan (pejabat) dibantu, lalu ada success fee," ujar Dudung.
Tapi lagi-lagi, Dudung berkilah jika dituduh pihaknya yang berinisiatif memberikan fee wisma atlet kepada Sesmenpora Wafid Muharam dan angota DPRMenurutnya, yang berinisiatif adalah Nazaruddin dan RosalinaBahkan, menurutnya, Rosalina dan Nazaruddin tak segan-segan menekan dan mendesak agar perusahaannya mengeluarkan dana miliaran untuk success fee kepada Wafid.
Nah, karena terus didesak, Dudung pun akhirnya menyanggupi pemberian dana ucapan terimakasih ituTotalnya, lanjut Dudung, senilai 20 persen"Nazaruddin mendapat 13 persen, pejabat di daerah 5 persen dan Sesmenpora 2 persen," tuturnya.
Bahkan, lantaran sering menekan dan memaksa, Dudung dan Idris pun menjuluki Rosalina dengan nama lainYakni HamasNama kelompok perjuangan Palestina itu sematkan kepada Rosa karena wanita kelahiran Dolok Sanggul Sumatera Utara itu sangat ketus dan hingga ditakuti keduanya.
Hal tersebut terungkap saat salah satu majelis hakim Herdi Agusten menanyakan kepada Dudung perihal keterangan yang dituangkan di berita acara pemeriksaan"Apa maksud istilah Hamas yang ada di dalam percakapan telepon antara anda dengan Idris?" tanya Herdi"Sebenarnya itu istilah yang sedikit memalukanTapi itu sebutan Bu Rosalina karena sering menekan Pak Idris," jawab Dudung lalu melirik ke arah Rosalina.
Tentu saja istilah Hamas yang disematkan dua petinggi PT DGI itu memancing emosi RosalinaSaat menanggapi keterangan Dudung, Rosalina pun dengan nada ketus merasa kecewa dengan julukan Hamas untuk dirinya"Saya ini tidak pernah menekanSaya hanya melaksanakan perintah dari NazaruddinSaya hanya anak buahnya," ujarnya dengan nada tinggi(kuh/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komite Etik KPK Bekerja Gunakan Klipingan Media
Redaktur : Tim Redaksi