Akhir Tragis Pemimpin Perempuan Asia: Korupsi hingga Peluru

Minggu, 17 September 2017 – 12:09 WIB
Eks PM Pakistan Benazir Bhutto. Foto: EPA

jpnn.com - Asia produktif melahirkan pemimpin perempuan. Tapi, tak sedikit yang akhirnya harus mengakhiri jabatan dengan tragis.

Berikut ini beberapa di antara mereka. (*/BBC/history.com/c16/ttg)

BACA JUGA: Pemimpin Perempuan di Asia, Antara Tekanan dan Stereotipe


1. Yingluck Shinawatra (PM Thailand, 2011–2014)

Pada 2011 atau lima tahun setelah sang kakak, Thaksin Shinawatra, dilengserkan lewat kudeta militer, Yingluck melenggang ke kursi PM. Bahkan, oposisi mencibirnya sebagai boneka sang kakak. Tiga tahun berkuasa, Yingluck terseret skandal subsidi beras dan dilengserkan dari jabatannya pada 7 Mei 2014. Bulan lalu saat sidang vonis seharusnya digelar, dia melarikan diri lewat perbatasan Kamboja dan kini tak diketahui keberadaannya. (*)

 

2. Park Geun-hye (Presiden Korsel, 2013–2017)

Dia adalah perempuan pertama di Asia Timur yang terpilih sebagai pemimpin lewat proses demokrasi. Darah biru mengalir dari ayahnya, Park Chung-hee, mantan presiden Korsel. Sempat berada di urutan ke-11 perempuan paling berpengaruh versi Forbes pada 2013, kepemimpinan Park berakhir pahir. Mei lalu dia terpaksa lengser dengan tidak hormat karena terindikasi korupsi. Kini perempuan 65 tahun itu mendekam di penjara sebagai tahanan. Dia dikenai empat dakwaan. (*)

 

3. Indira Gandhi (PM India, 1955–1977 dan 1980–1984)

Di bawah kendali putri Bapak Bangsa India Jawaharlal Nehru, India terlibat perang kemerdekaan di Pakistan dan Bangladesh. PM India perempuan satu-satunya itu juga tidak segan melancarkan aksi militer untuk mengatasi pemberontakan atau gerakan separatis. Kebijakan itulah yang lantas membuat dua pengawal pribadinya menembak mati Gandhi pada 1984. (*)

 

4. Benazir Bhutto (PM Pakistan, 1988–1990 dan 1993–1996)

Pada masa kepemimpinannya, banyak perempuan yang diberi kesempatan untuk menduduki jabatan tinggi. Bahkan, dia mendirikan stasiun kereta api dan bank yang seluruh stafnya perempuan. Namun, era pemerintahan putri mantan PM Pakistan Zulfikar Ali Bhutto itu tak pernah sepi dari teror. Ini tak lepas dari kerasnya persaingan antardinasti politik di negeri tetangga India tersebut. Pada 27 Desember 2007, dia tewas setelah diberondong peluru di Rawalpindi dan pelaku kemudian meledakkan diri. (*)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler