jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memastikan 174 pelajar SMK Pelita Bangsa Sragen sudah mendapatkan ijazah setelah terganjal masalah administrasi baru-baru ini.
Ratusan siswa itu menunggak biaya administrasi dengan total seluruhnya Rp174.445.000. Pihak sekolah mengeklaim tidak pernah menagih kekurangan biaya administrasi itu.
Para siswa yang menunggak tersebut, hampir semuanya tidak mengambil ijazah, meski pihak sekolah mengatakan tidak pernah menahan ijazah mereka.
"Ini ada fotonya, ini barusan selesai. Jadi yang kemarin tidak bisa di Sragen, SMK Pelita Bangsa, per hari ini di Kantor Kecamatan Sumberlawang telah diserahkan 174 ijazah kepada perwakilan siswa," kata Ganjar ditemui di rumah dinasnya, Senin (22/3).
BACA JUGA: Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah di Jateng Mulai April, Ini Penjelasan Pak Ganjar
Ganjar langsung memerintahkan jajarannya untuk menindaklanjuti setelah mendapatkan laporan soal kasus ijazah tersebut.
Dia mengapresiasi pihak sekolah yang bersikap kooperatif dan mau menyerahkan ijazah siswa yang menunggak tersebut
BACA JUGA: Ini Daftar Sekolah yang Akan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di Jateng
"Ijazahnya gratis, lulusan tidak dibebani biaya apapun. Ini saya sudah dikirimi gambarnya," tuturnya sambil menunjukkan foto di ponsel yang menunjukkan proses pembagian ijazah itu.
Ganjar meminta seluruh sekolah di Jawa Tengah, khususnya swasta mendata siswanya. Jika ada siswa yang tidak mampu, maka harus diupayakan mendapatkan bantuan.
"Bisa dengan beasiswa atau sebagainya. Maka sekolah wajib mendata itu," tegasnya.
Pemprov Jateng juga sudah memberikan bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) ke sekolah tersebut. Disinggung tentang keuangan SMK Pelita Bangsa yang kacau akibat adanya tunggakan siswa, Ganjar mengatakan itu tergantung manajemen sekolah.
"Bantuan kami berikan ke siswa, bukan ke sekolah. Kalau sekolah biasanya bantuannya berupa sarana prasarana. Maka sebenarnya, setiap sekolah ditantang betul-betul untuk bisa mengelola sekolah dengan baik," ucapnya.
Ganjar mengakui mengelola manajemen sekolah memang tidak muda. Dia mengaku memiliki banyak pengalaman serupa, ada siswa sekolah swasta yang menunggak biaya sekolah dan terpaksa harus dibantu menebus ijazahnya.
"Beberapa kali pengalaman saya, saya menebusi ijazah, bayari tunggakan-tunggakan itu. Ada beberapa sekolah yang kompromi, dikasih diskon 50 persen. Namun, ada sekolah yang bayar sepenuhnya. Ya saya kumpulkan, itu dari saya kepada mereka," pungkasnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia