JAKARTA - Alasan terbentuknya Komite Normalisasi akhirnya terkuakSelain karena buruknya kinerja PSSI, hal itu tak lepas dari kesalahan diplomasi yang dilakukan Nurdin Halid cs terhadap otoritas sepakbola tertinggi dunia, FIFA
BACA JUGA: Oddang Belum Pastikan Tampil
Duta besar Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo menyatakan, kesalahan tersebut berkaitan dengan persaingan Sepp Blatter dan Mohammed Bin Hammam untuk memperebutkan posisi ketum FIFA
BACA JUGA: Manado United Akhiri Paceklik Kemenangan
"Selama ini Nurdin selalu mengekor Bin Hammam
BACA JUGA: Abaikan Putusan FIFA, KPPN Gelar Kongres
Itu kesalahan diplomasi luar negeri yang dilakukan mereka (Nurdin cs)Kita ini yang jadi korban kesalahan tersebut," terang Djoko saat dihungi Jawa Pos tadi malam (5/4)Djoko menambahkan, persaingan Blatter dan Bin Hamman memang sangat ketatPSSI sendiri dianggap bakal mendukung HammanHal itulah yang membuat kubu Blatter meradangApalagi, lumbung suara Blatter di kawasan Asia dianggap tak cukup banyak
"Peta persaingan menuju ketum FIFA sekarang fifty-fiftyNah karena Nurdin dianggap bakal mendukung Hammam, akhirnya FIFA bertindakBagi Blatter, Nurdin itu tak ada gunanyaIni sudah politik tingkat tinggi di dalam FIFA," tambah Djoko
Komite Normalisasi hanyalah sebuah jalan tengahSebelum komite itu terbentuk, rupanya terjadi pergolakan besar di internal FIFAMereka sempat membahas mengenai berbagai kemungkinan untuk IndonesiaSalah satunya ialah bakal menjatuhkan hukuman bagi persepakbolaan tanah air.
"Sebelum keputusan pembentukan komite normalisasi itu diambil, beritanya malah lebih gawatSoalnya ada wacana bahwa FIFA bakal membekukan PSSI selama dua tahun," imbuh lelaki berkaca mata tersebut
Namun, Djoko juga mempertanyakan masuknya beberapa nama ke dalam Komite Normalisasi yang dianggap masih pro NurdinDi antaranya ialah Joko DriyonoLelaki yang juga Direktur PT Liga Indonesia (PT LI) tersebut dianggap masih tangan kanan Sang Puang, sapaan Nurdin
Hal itu dikhawatirkan bakal membuat semangat reformasi yang diusung akan tergerus sedikit demi sedikitJika itu terjadi, tentu pembentukan Komite Normalisasi bakal terasa percuma.
Apalagi jika ternyata nantinya Joko bisa "diremote" oleh NurdinBoneka-boneka yang dipasang Nurdin itulah yang selama ini sering luput dari perhatian pecinta sepakbola IndonesiaMereka terlalu terfokus bagaimana menjatuhkan Nurdin, tanpa mengingat bahwa lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) tersebut bakal menaruh orang kepercayaannya di PSSI
"Ibaratnya sama saja memasukkan paku ke dalam roti yang akan kita makanIngat, PSSI itu bukan hanya Ketum, tapi juga Komite Eksekutiv (Exco) yang juga punya peranan besar," tegas Djoko
Di sisi lain, Djoko juga memberikan usul pada gerakan pro reformasi untuk tetap menjalankan kongres di SurabayaDia menyatakan bahwa FIFA tak akan bisa berbuat apa-apa jika para pemilik suara di kongres ternyata memilih George Toisutta sebagai Ketum PSSI
Ketidak berdayaan FIFA sudah terbukti saat mereka hanya diam melihat Nurdin tetap menjabat sebagai Ketum PSSI hingga 2011Padahal, FIFA sudah melayangkan surat yang melarang Nurdin maju sebagai ketum PSSI pada 2007 silamHal itulah yang bisa menjadi celah bagi para pengusung reformasi untuk tetap mendukung George maupun Arifin Panigoro menuju kursi ketum PSSI
"Paling nanti friksinya hanya akan terjadi di depanNggak terlalu besarKan sudah ada buktinyaKarena itu, maju terus sajaKalau memang menghendaki Pak George atau Pak Arifin, FIFA tak akan bisa apa-apa," ucap mantan wartawan Jawa Pos tersebut(ru)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lorenzo Lebih Cepat setelah Seri VI
Redaktur : Tim Redaksi