jpnn.com, JAKARTA - Enhancing Readiness for The Transition to Electric Vehicles in Indonesia (ENTREV) menilai dunia sedang bergerak menuju visi energi terbarukan yang tersedia secara menyeluruh.
Hal itu tercermin pada saat perhelatan COP29 di Baku- Azerbaijan 11-22 November 2024.
BACA JUGA: Pameran Kendaraan Listrik PEVS 2025 Digelar April, Berikut Info Tiketnya
Pemerintah Indonesia pun menetapkan komitmen yang berkelanjutan dan keberpihakan terhadap energi yang lebih bersih.
Project Coordinator ENTREV Eko Adji Buwono menilai untuk mewujudkan visi tersebut memerlukan inovasi teknologi, terutama dalam pengembangan penyimpanan energi.
BACA JUGA: AISI Soroti Tantangan Penetrasi Kendaraan Listrik di Indonesia
Ruang penyimpanan juga menjadi daya dukung untuk akses listrik yang merata, terlebih dengan perkembangan teknologi baterai yang kini menggunakan material alternatif selain nikel dan litium.
"Kita dapat menyimpan lebih banyak energi yang dihasilkan dari sumber-sumber intermiten seperti tenaga surya dan angin. Teknologi ini memungkinkan reaksi kimia yang lebih baik untuk menghasilkan listrik secara efisien,” ujar Eko dikutip, Rabu (20/11).
Menurut Eko, salah satu solusi utama untuk mengatasi sifat intermiten energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, adalah pengembangan teknologi penyimpanan energi, khususnya baterai.
Inovasi dalam material baterai, baik yang berbasis nikel, litium, maupun senyawa kimia lainnya, memungkinkan penyimpanan energi yang lebih besar dan lebih efisien.
“Dengan perkembangan teknologi baterai, kita dapat menyimpan energi dari sumber intermiten dalam kapasitas yang lebih besar. Jika ingin lebih maju, Indonesia bahkan memiliki potensi untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berbasis thorium, yang lebih aman dibandingkan uranium melalui teknologi fusi,” ujar Eko.
Eko menambahkan bahwa meski pemanfaatan nuklir masih menuai pro dan kontra di masyarakat, risiko stagnasi dalam ketergantungan pada bahan bakar fosil atau energi terbarukan yang belum maksimal akan menghambat kemajuan transisi energi nasional.
Mengenai adopsi kendaraan listrik di daerah pedesaan dan terpencil, Eko menekankan pentingnya solusi berbasis lokal.
Infrastruktur energi yang terjangkau dan andal tidak hanya memberikan akses listrik bagi masyarakat pedesaan, tetapi juga mendukung keberadaan stasiun pengisian kendaraan listrik, yang menjadi pilar penting dalam adopsi EV secara luas.
“Di daerah yang belum terjangkau transmisi dan distribusi listrik, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat menjadi solusi sementara. Meski belum optimal, minimal listrik dapat diakses lebih mudah oleh masyarakat,” jelas Eko.
Sebagai inisiatif yang berfokus pada transisi ke kendaraan listrik, ENTREV terus mendorong kolaborasi berbagai pihak untuk memastikan energi terbarukan dapat menjadi fondasi utama bagi infrastruktur EV di Indonesia.
Dengan langkah-langkah strategis, seperti memanfaatkan sumber daya energi lokal dan mengadopsi teknologi terbaru, ENTREV berkomitmen untuk mempercepat transisi energi yang berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul